TAMBANG, JAKARTA. PASAR alat-alat pertambangan diperkirakan mencapai US$ 156 miliar (sekitar Rp 2.100 triliun) pada 2022. Pasar diperkirakan tumbuh rata-rata 7,9% setahun, pada periode 2016-2022.
Sebuah survei yang diselenggarakan oleh Allied Market Research, perusahaan jasa survei pasar global dari Oregon, Amerika Serikat, mengungkapkan, kawasan Asia Pasifik pada 2015 menjadi pasar terbesar, dengan penjualan mencapai $50 miliar, diikuti Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika. Hasil survei Allied Market itu dibuat dalam laporan berjudul ‘’Peluang dan Ramalan Pasar Alat Pertambangan Dunia 2015-2022’’, dan dimuat di media Mining.Com, pekan lalu.
Pertumbuhan pasar didorong oleh naiknya permintaan batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Faktor lain yang mendorong kenaikan pasar alat berat adalah bertambahnya pembangunan jalan dan kereta api yang menembus perbukitan.
Segmen tambang logam menyumbang pangsa pasar 39%, diikuti oleh tambang mineral, pada 2015. Tambang logam diperkirakan akan menikmati pertumbuhan tertinggi, sekitar 10,3%. Penggerak utama pertumbuhannya adalah logam dasar seperti tembaga, nikel, timbal, seng. Pertumbuhan penjualan alat berat di tambang batu bara juga akan terjadi di Cina dan India. Bahkan diperkirakan, pertumbuhannya bakal mengesankan.
Pemakaian peralatan untuk tambang permukaan menikmati pangsa pasar sekitar 31% pada 2015, pemakaiannya terutama untuk tambang batu bara. Pertumbuhannya terutama terjadi pada alat pemboran.
Pada 2015, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika menempati pangsa pasar terbesar kedua, setelah Asia Pasifik. Asia Pasifik akan meneruskan dominasi pasarnya, karena besarnya penjualan alat berat di Cina, India, dan Indonesia.