Jakarta, TAMBANG – Ketua Indonesia Mining and Energy Forum (IMEF), Singgih Widagdo, menilai kebijakan tarif dasar dan bea masuk yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mendorong industri tambang Indonesia untuk melakukan efisiensi dan memangkas produksi.
“Semua industri akan melakukan efisiensi. Termasuk (industri tambang) akan mengurangi volume produksi,” ucap Singgih Widagdo, Rabu (9/4).
Untuk diketahui, kebijakan tarif timbal balik yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap Indonesia mencapai 32 persen. Angka ini hanya terpaut dua persen dari tarif resiprokal yang dikenakan kepada Tiongkok, yaitu sebesar 34 persen.
Menurut Singgih, kebijakan tarif Presiden Trump diperkirakan akan mempengaruhi harga sejumlah komoditas mineral Indonesia, termasuk harga batu bara di pasar global yang diprediksi akan mengalami penurunan.
“Saya yakin dengan kondisi ini harga batu bara di pasar global mengalami tekanan dan harganya diproyeksikan akan turun. Termasuk juga produk mineral seperti nikel dan lain-lain,” imbuh Singgih.
Sepanjang 2024, PT Timah,Tbk Sukses Catat Laba Bersih Rp.1,19 Triliun
Sebagian besar produksi batu bara Indonesia selama ini diekspor ke negara-negara utama seperti Tiongkok, India, Jepang, dan Korea Selatan. Menurut Singgih, dengan adanya kebijakan tarif dari Amerika Serikat, negara-negara tersebut kemungkinan akan mempertimbangkan ulang keputusan untuk membeli batu bara dari Indonesia. Bahkan, mereka bisa saja meningkatkan produksi domestik sebagai langkah antisipatif.
Sepanjang tahun 2024, Indonesia memproduksi sebanyak 836 juta metrik ton batu bara. Dari jumlah tersebut, sekitar 66,39 persen atau 555 juta metrik ton dialokasikan untuk ekspor.
Dengan capaian itu, Indonesia menyumbang sekitar 30 hingga 35 persen dari total kebutuhan batu bara dunia yang beredar di pasar global, yang diperkirakan mencapai 1,5 miliar ton.