Jakarta, TAMBANG – Pemerintah telah meresmikan peletakan batu pertama pendirian proyek PT QMB New Energy Materials. Perusahaan kerjasama antara Indonesia, China, dan Jepang ini, disebut sebagai proyek yang akan memproduksi bahan baku baterai lithium.
Wakil Ketua Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Risono mengatakan, di luar negeri, proyek itu disebut nickel chemical atau pengolahan kimia nikel.
“Dari terminiologi bisnis dan teknologi, sebenarnya yang tepat adalah nickel chemical atau lebih tepatnya Mixed Hydroxide Precipitate (disingkat) MHP,” kata Risono kepada tambang.co.id, Senin (15/1) petang.
MHP merupakan campuran nikel dan kobalt dalam senyawa hidoksida, yang masih bercampur. Kandungannya sekitar 40 persen Ni dan 5 persen Co. MHP selanjutnya diolah melalui industri yang lebih hilir lagi, yakni Refining Plant. Kemudian dihasilkan nikel hidroksida dan kobalt hidroksida secara terpisah melalui proses pemurnian. Bisa juga menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat.
“Industri baterai material biasanya lebih menyukai dalam bentuk senyawa sulfat untuk efektifitas dan efisiensi proses,” tutur pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Gag Nikel, anak usaha PT Aneka Tambang (Antam) itu.
Dua jenis produk dalam bentuk sulfat ini, perlu ditambah Mangan melalui proses Precursor Plant. Sehingga melahirkan bahan dasar utama precursor NixMnyCozO2 (Nikel-Mangan-Cobalt disingkat NMC) atau NixCoyAlz (Nikel-Cobalt-Alumina disingkat NCA).
“Di Indonesia lebih ekonomis dan meningkatkan ketahanan nasional khususnya sumber daya bijih nikel limonite, maka lebih baik kalau diproduksi jenis NCA,” ungkap Risono.
Alasannya, karena kandungan nikel pada NCA adalah 48 persen sedangkan Co 9 persen. Sedangkan pada NCM kandungan Nikelnya 20 persen dan Co 19 persen.
Lebih lanjut, precursor itu masih membutuhkan pengolahan berikutnya, menjadi material baterai lithium pada Battery Material Plant dengan menambahkan LiOH untuk NCA atau Li2CO3 untuk NCM. Hasil akhirnya adalah Li-NCA atau Li-NCA. Lithium ditambahkan dengan proporsi antara 9-11 persen.
“Inilah yang disebut Battery Material sebagai cikal bakal kutub positif baterai atau cathode active material,” paparnya.
Cathode active material kemudian dipadukan dengan grafit (kutub negative), elektrolit, logam Aluminium dan logam tembaga. Sesampainya di tahap ini, produk baru menjadi Baterai Litium atau Litium-ion Battery (LiB).
“Jadi, kalau bicara road map pabrik baterai lithium, tentu panjang, tetapi harus dimulai dari pabrik leaching yang baru saja diresmikan di Morowali tersebut, hingga nantinya menjadi baterai lithium. Masih panjang memang untuk mewujudkan mimpi besar ini, tetapi semua harus melalui beberapa tahapan proses pada pabrik yang berbeda,” beber Risono.
Sebelumnya, PT QMB New Energy Materials diresmikan pada Jumat (11/1) lalu. Berdiri di kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah. Ada tiga investor yang terlibat, di antaranya GEM Co.,Ltd., Brunp Recycling Technology Co.,Ltd., Tsingshan, PT IMIP dan Hanwa.
“Jiika nanti setelah beroperasi, pabrik tersebut menghasilkan 50.000 MT MHP. Kandungan Nikel dan Kobaltnya masing-masing sekitar 20.000 MT dan 2.500 MT,” pungkas Risono.