TAMBANG, JAKARTA. HARGA minyak mentah untuk penyerahan ke depan hari ini naik, dipicu berita kemungkinan tercapainya kesepakatan antara negara-negara produsen untuk mengatur jumlah produksi minyak. Di Bursa Dagang New York (New York Mercantile Exchane), harga minyak ringan bersulfur rendah (light sweet crude) untuk penyerahan November mendatang harganya mencapai US$44,80 per barel, pagi ini, atau naik $0,32. Harga minyak Brent di pasar London naik $0,36 menjadi $46,25.
Jumat lalu, harga minyak mengalami tekanan, anjlok 4% di pasar New York, dipicu oleh kabar bahwa Saudi Arabia memperkirakan pertemuan antara negara-negara produsen di Aljazair, 28 September ini, tidak akan mencapai kesepakatan. Pertemuan itu rencananya dihadiri anggota OPEC dan produsen utama di luar OPEC, seperti Rusia. Tapi, beberapa anggota OPEC dalam pernyataannya menyebut, pertemuan itu penting dan harus bisa mencapai kesepakatan.
Menteri Perminyakan Aljazair, Noureddina Boterfa, pengusung keras pembatasan produksi minyak, mengatakan bahwa peluang tercapainya kesepakatan pada pekan ini masih terbuka lebar. Pada tahap awal, mungkin yang tercapai baru kesepakatan dasar.
‘’Kita tidak bisa keluar dengan tangan kosong,’’ kata Bouterfa. Ia mengingatkan, harga minyak bisa jatuh ke US$30 per barel, jika OPEC gagal mencapai kesepakatan.
Sejak OPEC mengumumkan akan adanya pertemuan, pada Agustus lalu, harga minyak Brent bergerak di antara $45-$50 per barel, dipengaruhi oleh komentar yang beragam dari beberapa menteri perminyakan.
Lebih dari dua tahun harga minyak dilemahkan oleh pasokan yang berlebih, yang membuat harga minyak bergerak di bawah US$100 per barel. Karena produsen minyak lebih mementingkan pangsa pasar ketimbang harga, banyak analis yang memperkirakan pertemuan pada Rabu depan itu tak akan mencapai kesepakatan apapun.
OPEC sudah beberapa kali gagal mencapai kesepakatan untuk mengurangi produksi. Koran The Wall Street Journal hari ini mengutip laporan bulanan OPEC, Agustus lalu, yang menyebutkan bahwa produksi diperkirakan bertambah 350.000 barel per hari, tahun depan. Peningkatan itu berasal dari produksi minyak shale di Amerika Serikat.
Menurut kelompok industri Baker Hughes, jumlah peralatan bor minyak di Amerika tambah dua buah, menjadi 418 pada 16 September 2016.
Jumlah mesin bor minyak biasanya bertambah pada awal musim panas, karena banyak produsen minyak menghitung harga minyak tetap menguntungkan di kisaran $40-50 per barel.
Masalah lain yang menghadang kesepakatan produsen adalah mulai masuknya prouksi baru minyak dari Nigeria dan Libya. ‘’Kalaupun kesepakatan pembekuan produksi minyak dicapai, efeknya sangat kecil. Sebagian besar anggota OPEC sudah berproduksi nyaris hingga batas atas,’’ kata ekonom di Bank OCBC, Barnabas Gan.