Jakarta – TAMBANG. Tawaran Rusia untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ditolak dengan tegas oleh Pemerintah RI. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, mengungkapkan bahwa nuklir belum masuk dalam hitungan sumber energi untuk melistriki nusantara.
“Mereka bicara tentang kapasitas listrik nuklir. Saya bilang itu masih jauh, kita belum pikirkan hal tersebut,” ungkap Sofyan di Jakarta, Senin (22/12).
Penolakan itu disampaikan, meskipun dalam pertemuannya dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, pihak Rusia berusaha meyakinkan kemampuannya dalam teknologi nuklir yang mumpuni. Rusia pun mengaku pengalamannya sudah teruji dengan proyek kerjasama di banyak negara.
Menurut Sofyan dalam rancangan megaproyek kelistrikan 35.000 megawatt yang digagas Pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk lima tahun kedepan, tak ada sama sekali yang disumbang dari tenaga nuklir. Selain itu, ia pun mengomentari soal pemanfaatan nuklir yang masih menuai kontroversi di masyarakat.
“Sebenarnya adalah ini lebih kepada domain di Batan. Tetapi saat ini belum menjadi prioritas hal tersebut, karena dari program 35.000 MW kita menganggap batubara, gas, geothermal, hydro, minihydro, dan lain-lain itu yang paling cepat dan tidak kontroversial. Sedangkan misalnya nuklir tentunya kita harus melakukan studi lebih lanjut untuk masalah itu,” urainya.