JAKARTA, TAMBANG. IA pernah dinobatkan sebagai bintang muda yang kekayaannya dengan cepat melejit gara-gara harga batu bara. Tapi kini Nathan Tinkler dinyatakan bangkrut setelah ia tak bisa membayar cicilan untuk membeli jet pribadi.
Perintah bangkrut itu muncul 10 tahun setelah Nathan Tinkler, kini 40 tahun, mendapat keuntungan Aus$ 442 juta dari modal Aus$ 1 juta. Keuntungan luar biasa itu hanya didapat dalam tempo 18 bulan.
Ketika itu batu bara memang menjadi ujung tombak bisnis tambang Australia. Pesanan batu bara dari Asia, terutama Cina dan India, datang tak pernah henti. Tinkler dengan cepat mendapatkan duit dari serangkaian transaksi. Ia sukses bermetamorfosa dari seorang pegawai magang di BHP Billiton, yang hari-harinya banyak dihabiskan untuk membaca perkembangan harga saham di surat kabar, menjadi pengusaha sukses.
Pada 2012, ketika harga batu bara masih tinggi, keuntungan Tinkler terus-menerus bertambah. Tetapi tatkala harga batu bara mulai loyo, satu demi satu aset milik Tinkler harus dilepas. Ia harus menjual peternakan kuda galur murni yang sangat ia sayangi, juga klub sepakbola dan rugbi, yang semuanya dibiayai dari keuntungan bisnis batu bara.
Klub bola dan rugbi itu bermarkas di Newcastle, kota batu bara-nya Australia.
‘’Jujur saja, tak banyak aset tersisa yang bisa diduitkan,’’ kata John Melluish, kurator kebangkrutan Tinkler.
Koran The Guardian dalam tulisannya kemarin menyebutkan, Tinkler masih punya utang Aus$300 juta kepada para kreditor, termasuk lembaga dana dari Amerika Serikat, Farallon Capital dan bank investasi Credit Suisse.
Kepada Farallon dan Credit Suisse, Tinkler berutang lebih dari Aus$ 160 juta, berdasar data 25 Februari lalu.
Kepada kantor pemerintah yang mengurusi pailit, Tinkler mengatakan, dia kini tak punya apa-apa, termasuk mobil sekalipun, juga tidak ada duit pensiun. Ia punya utang Aus$ 323.000 di kartu kredit, dan hanya punya uang tunai Aus$ 2.000 .
Tinkler memiliki gaya hidup mewah. Ia punya mobil sport, kuda balap, rumah di Hawaii. Untuk menunjang gaya hidupnya, ia membeli jet pribadi Dassault Falcon 900C seharga $2,25 juta. Ia membelinya dengan utang.
Tinkler diperkirakan kehilangan lebih dari Aus$ 4 juta (sekitar Rp 38 miliar) per hari, akibat rontoknya harga batu bra, plus ambruknya harga saham yang ia punya di perusahaan batu bara Whitehaven Coal. Usaha untuk menyelamatkan Whitehaven sudah dilakukan, tetapi Tinkler terpaksa kalah melawan desakan para kreditor.
Desember lalu, Tinkler mengatakan bahwa ia bisa kembali berjaya lagi melalui batu bara. Namun, itu semua tergantung pada situasi lingkungan, seperti harga batu bara .
‘’Saya sudah menunjukkan, saya bisa mencari duit dari batu bara. Saya yakin saya bisa kembali,’’ katanya.
Oktober tahun lalu Tinkler tampil sebagai kepala eksekutif Australian Pacific Coal, yang rencananya bakal mengakuisisi tambang batu bara milik kelompok Anglo American.
Namun empat bulan kemudian ia dipaksa lengser oleh otoritas Australia. Di situ berlaku aturan, seseorang yang dalam keadaan bangkrut dilarang memimpin perusahaan.