Beranda Galeri Nalco, BUMN Aluminium India, Lirik Indonesia untuk Dirikan Smelter

Nalco, BUMN Aluminium India, Lirik Indonesia untuk Dirikan Smelter

 

TAMBANG, JAKARTA. PERUSAHAAN pembuat aluminium dari India, Nalco, tengah berupaya berekspansi. Nalco melirik Indonesia sebagai calon smelter aluminiumnya, yang rencananya berkapasitas 500.000 ton setahun.

 

 

Nalco, kependekan dari National Aluminium Company, merupakan salah satu perusahaan aluminium terkemuka di dunia, beroperasi sejak 1985. Nalco memproduksi dan mengekspor alumina dan aluminium. Pabrik utamanya terletak di Damanjodi (tambang dan pembangkit listrik), serta Nalconagar (smelter dan pembangkit listrik). Tambang bauksitnya yang utama dikenal sebagai Panchpatmalli. Nama itu diberikan, karena lokasi tambangnya terletak di puncak lima pegunungan, dalam bahasa setempat disebut sebagai Panchpatmalli.

 

 

Seorang pejabat pemerintah kepada koran India, The Economic Times, hari ini mengatakan, saat ini tengah dilakukan studi rinci terhadap tiga negara untuk mengetahui kemungkinan pembangunan smelter aluminium dalam jangka panjang. Termasuk yang juga dilihat adalah kemungkinan mendapat pasokan gas, termasuk harganya, paling tidak selama 10 tahun.

 

 

Hal lain yang dibandingkan adalah, tiga negara itu terletak dekat dengan India, sehingga bisa hemat dalam ongkos pengapalan. Rencananya, bauksit dari India akan diangkut dengan kapal. Biaya logistik menjadi salah satu pertimbangan penting untuk menentukan lokasi.

 

 

Indonesia merupakan salah satu dari 10 produsen gas di dunia, dengan produksi sekitar 74 miliar meter kubik. Di Asias Pasifik, Indonesia merupakan pemilik cadangan gas terbesar ketiga, setelah Australia dan Cina.

 

 

Bulan lalu, Tapan Kumar Chan, Direktur Utama Nalco, bertemu Kepala Organisasi Renovasi dan Pengembangan Industri Tambang Iran, Mehdi Karbasian di Teheran, untuk memfinalkan rencana pendirian pabrik patungan aluminium di Iran berkapasitas 500.000 ton setahun. Pabrik itu rencananya berdiri di kawasan perdagangan bebas Chabahar.

 

 

Diperlukan biaya US$1.500-1.700 untuk mendapatkan satu ton aluminium. Sebanyak 40% merupakan ongkos untuk membeli alumina, 40% untuk biaya listrik, dan 20% untuk ongkos lainnya. Juli ini, hasil studi kelayakan diharapkan sudah selesai. Selain Iran, Indonesia juga dilirik Nalco.