Jakarta, TAMBANG – Hingga Semester I 2022, PT Adaro Energy Indonesia (ADRO) berhasil mencatatkan pendapatan usaha bersih sebesar USD 3,541 miliar. Capaian ini naik 127 persen dibanding dengan semester I tahun 2021 yang hanya mencapai USD 1,56 miliar.
Presiden Direktur ADRO, Garibaldi Thohir menyebut kenaikan ini menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah perusahaan berdiri. Sementara, faktor pemicu melesatnya pendapatan ini lantaran permintaan batu bara meningkat drastis.
“Semester pertama 2022 adalah semester yang sangat kondusif untuk harga, sehingga mendorong pendapatan menyentuh rekor-rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan. Hal ini dipicu oleh gabungan berbagai faktor yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat, mulai dari cuaca tak menentu yang mengakibatkan kenaikan permintaan bagi produkproduk kami, sampai kelangkaan pasokan yang belum juga teratasi akibat masalah pengadaan alat berat dan cuaca buruk di wilayah-wilayah tambang secara global,” ungkapnya, Selasa (30/8).
Menurutnya, pendapatan yang tinggi ini akan digunakan untuk kepentingan jangka panjang perusahaan khususnya di bidang energi baru da terbarukan (EBT).
“Laba yang sangat tinggi akan membantu kami untuk memberikan dukungan finansial terhadap transformasi Grup Adaro di tahun-tahun mendatang karena kami melakukan investasi besar pada energi terbarukan, pengembangan kawasan industri hijau terbesar dunia, dan mendiversifikasi semakin jauh dari batu bara termal,” bebernya.
Lebih lanjut, Garibaldi menyebut bahwa capaian besar ini juga tidak lepas dari kondisi geopolitis negara-negara Eropa yang sedang dilanda krisis energi. Termasuk situasi Rusia-Ukraina yang masih menegang.
Di samping itu, EBITDA operasional ADRO juga naik 269% menjadi USD 2.339 juta dari USD 635 juta year on year (y-oy) karena harga dan produksi masing-masing naik 117% dan 6% y-o-y. Harga jual rata-rata (ASP) pada 2Q22 naik 135% y-o-y.
“Pendapatan, EBITDA dan laba bersih kami mencapai rekor tertinggi kinerja semester pertama sejak perusahaan pertama kali melantai di bursa 14 tahun lalu. EBITDA operasional yang melebihi USD2,3 miliar, dan laba inti yang mencapai USD 1,4 miliar setara dengan peningkatan masingmasing 269% dan 338% y-o-y, yang mencerminkan kualitas laba perusahaan,” ujarnya.
Kata pria yang akrab dipanggil Boy Thohir ini, raihan tersebut ditopang oleh segmen pertambangan dan perdagangan batu bara sebesar USD 3,464 miliar, naik 132 persen di periode sama tahun lalu yang hanya mencatatkan USD 1,495 miliar. Sedangkan sisanya disumbang dari segmen jasa pertambangan dan lainnya.