JAKARTA, TAMBANG. NEWCREST, perusahaan yang terdaftar di Bursa Australia, mencatat kenaikan produksi. Meski demikian, ambruknya harga emas dan tembaga membuat pendapatan Newcrest selama Juni-Desember 2015 turun 13%, sementara laba bersihnya anjlok 55%.
Newcrest adalah perusahaan tambang emas, yang antara lain memiliki 75% saham PT Nusa Halmahera Mineral, di Halmahera. Perusahaan yang berkantor pusat di Melbourne, Australia itu, berpatungan dengan PT Aneka Tambang.
Senin kemarin, Newcrest melaporkan selama Juni-Desember memproduksi 1,2 juta ounces emas, dan 38.918 ton tembaga. 1 ounce setara dengan 28,35 gram. Periode yang sama tahun lalu, produksi emasnya mencapai 1,14 juta ounces, dan produksi tembaganya 50.300 ton.
Turunnya harga emas, rata-tara 10% di bawah semester kedua tahun 2014, sebetulnya sudah dicoba untuk ditutupi dengan peningkatan 3% volume dari tambang di Lihir (Papua Nugini) dan di Bonikro (Pantai Gading), serta di Cadia East, New South Wales. Namun, rendahnya harga tak bisa menutupi hilangnya pendapatan.
Pendapatan Newcrest turun menjadi US$1,55 miliar pada semester dua 2015, dari US$ 1,78 miliar pada semester dua 2014. Keuntungan berkurang, dari US$ 180 juta menjadi US$ 81 juta, pada periode yang sama.
‘’Di tengah harga emas yang rendah, dan tembaga yang terus turun, kami terus meningkatkan kinerja keuangan kami. Kami terus memaksimalkan neraca kas dari operasi, disiplin di permodalan, serta membayar kembali hutang,’’ kata Direktur Pelaksana sekaligus Kepala Eksekutif, Sandeep Biswas.
Biaya operasi pada semester kedua 2015 adalah US$ 969 juta, lebih rendah 13% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Melemahnya kurs membuat Newcrest mendapat keuntungan valuta asing sebesar US$ 156 juta.