TAMBANG, JAKARTA. HARGA batu bara di pasar Eropa dan Asia kembali naik, setelah selama lima tahun ini terjerembab. Kenaikan harga ini terjadi setelah Cina memangkas produksi domestiknya, sehingga konsumen di dalam negeri harus meningkatkan impornya. Meski di beberapa tempat banyak pembangkit listrik ditutup, dana pensiun mengurangi investasinya di batu bara, permintaan terhadap batu bara hingga satu dekade mendatang diperkirakan tetap tinggi, itulah kesimpulan badan riset International Energy Agency dan perusaahaan tambang, BHP Billiton Ltd.
Analis pada Commerzbank AG, Jerman, dan konsultan energy Nena AS harga batu bara pada tingkat sekarang ini akan bertahan, paling tidak hingga akhir tahun ini. Musim dingin di belahan bumi utara akan mendongkrak permintaan. Perancis juga mematikan sejumlah pembangkit listrik nuklirnya, untuk keperluan pemeriksaan keselamatan, sehingga menambah porsi listrik dari pembangkit berbahan bakar batu bara. ‘’Karena terjadinya perang terhadap pemakaian batu bara, investor ingin menganekaragamkan portofolionya,’’ kata Guillaume Perret, Direktur Perret Associates, London, yang banyak melakukan riset terhadap energy batu bara. ‘’Tapi permintaan terhadap batu bara masih tinggi,’’ lanjutnya.
Menguatnya harga batu bara menguntungkan perusahaan tambang seperti Glencore Plc dan Anglo American Plc. Harga sahamnya menguat 34% selama 2016, ini merupakan kinerja terbaik saham industri di indeks saham Eropa Stoxx 600. Lembaga keuangan Inggris, Barclays, mengubah penilaiannya terhadap saham perusahaan tambang batu bara di bursa Eropa menjadi positip. Bahkan diperkirakan harga sahamnya bisa naik lagi hingga lebih dari 20%.
Perawatan Pembangkit Nuklir
Permintaan terhadap batu bara diperkirakan naik setelah perusahaan listrik Perancis, Electricite de France SA mengurangi produksi beberapa dari total 58 pembangkit nuklirnya, untuk keperluan pemeriksaan keselamatan. Produksi listrik dari pembangkit nuklir dipangkas 16% hingga tinggal 46 gigawatt. Satu gigawatt cukup untuk melistriki 2 juta rumah di Eropa.
Perusahaan tambang BHP memperkirakan, pemakaian batu bara di seluruh dunia akan terus berlanjut, paling tidak hingga dua dekade mendatang. Analis dari IEA memperkirakan, permintaan akan naik 0,4% per tahun, hingga 2040. Di Eropa, produksi batu bara jatuh 3,4% tahun lalu.