Jakarta – TAMBANG. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) hari ini mencatatkan saham perdananya (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada awal perdagangannya, harga saham yang semula dipatok Rp2000 per lembar saham langsung mengalami kenaikan 20% menjadi Rp2400.
Direktur Utama Ito Warsito mengatakan bahwa MDKA merupakan emiten pertama yang menerapkan aturan BEI Nomor I-A-1 tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara.
“MDKA menjadi pionir khususnya peraturan BEI untuk tambang mengenai izin usaha produksi,” Ujarnya di Jakarta, jum’at (19/6).
Direktur utama Merdeka Copper Gold, Adi Andriansyah Soekri mengatakan bahwa proses bookbuilding dan penawaranumum telah memberikan gambaran tingginya minat investor untuk ikut terlibat dalam berinvestasi di bisnis tambang Merdeka. “Kepercayaan tinggi para investor tersebut juga menjadi bukti bahwa bisnis tambang emas dan tembaga yang dikelola Merdeka memiliki prospek yang sangat baik,” ujarnya di tempat yang sama.
Saham MDKA ditransaksikan sebanyak 347 kali dengan volume sebanyak 11 ribu lot dengan nilai transasksi mencapai Rp2 miliar. Perseroan melepas 419,65 juta saham dan meraih dana segar sebesar Rp 839,3 miliar. Jumlah saham yang dilepas jauh lebih kecil dari rencana semula, yakni 874,36 juta saham baru atau 21,7% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh.
Hasil dari IPO tersebut rencananya 50% akan digunakan untuk belanja modal (capital expenditure / capex). Sedangkan 40% untuk melunasi utang bank dan 10% untuk modal kerja.
Perseroan juga menerbitkan saham baru dalam rangka pelaksanaan konversi Mandatory Convertible Bond (MCB) sebanyak 859,93 lembar. Dengan begitu, kepemilikan masyarakat setelah pelaksanaan penawaran umum, konversi MCB dan opsi adalah 11,7%.
Merdeka Copper adalah pengelola konsesi tambang Tujuh Bukit, di Jawa Timur. Perusahaan ini masih dalam tahap pengembangan dan belum berproduksi. Saat ini, saham Merdeka Cooper dimiliki secara tidak langsung oleh Grup Saratoga, Grup Provident Capital, dan Garibaldi Thohir.