TAMBANG, RIYADH. MENTERI Energi Saudi Arabia yang baru, Khalid Al Falih mengatakan, ia akan melanjutkan kebijakan pemerintah di bidang perminyakan, yakni kestabilan di harga minyak. Komentar itu disampaikan Khalid hari Ahad kemarin, setelah ia diumumkan menjadi menteri perminyakan yang baru. Ia menggantikan Ali Al Naimi, yang menjabat sebagai menteri perminyakan dan sumber daya mineral sejak 1995.
‘’Saudi Arabia tetap meneruskan kebijakan perminyakan yang stabil,’’ kata Khalid. ‘’Kami juga akan terus menjaga peran Saudi Arabia di pasar energy internasional, serta memperkuat posisi kami sebagai pemasok energi paling handal,’’ lanjutnya.
Sebagaimana dimuat koran The Gulf News, Raja Salman bin Abdul Aziz menunjuk Khalid Al Falih sebagai menteri energi, industri, dan mineral. Posisi barunya ini merupakan perluasan dari portofolio yang lama, yang hanya mencakup energy dan mineral.
Selama menjadi menteri, Ali Al Naimi, 81 tahun, dikenal sebagai tokoh garis keras, yang menolak pemotongan produksi minyak meski harga turun dengan cepat, sejak 2014. Ali Al Naimi bersikeras untuk mempertahankan produksi, demi menjaga pangsa pasar. Diduga kuat kebijakan Ali Al Naimi itu dilakukan untuk mengenyahkan produsen minyak berbiaya tinggi, seperti minyak pasir (sand oil) dan minyak serpih (shale oil).
Bulan lalu, produsen minyak utama gagal mencapai kesepakatan untuk membekukan produksi minyak pada tingkat tertentu, dalam pertemuan di Doha. Sejak awal Saudi Arabia memang mengatakan, ia tak akan meningkatkan produksi minyak asalkan produsen lain melakukan hal serupa. Sayangnya Iran terus meningkatkan produksi minyaknya. Iran tak akan menambah produksi minyak, bila produksinya telah mencapai 4 juta barel per hari.