Jakarta, TAMBANG – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mempersiapkan pasokan energi terkait rencana pemindahan ibukota baru Indonesia dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur. Salah satunya adalah penyediaan pasokan listrik guna menunjang jalannya roda pemerintahan dan perkonomian di masa mendatang.
Menteri ESDM Arifin Tasrif memproyeksikan tambahan kebutuhan pasokan listrik di ibu kota baru tersebut sekitar 1.555 megawatt (MW) pada tahun 2024. Angka ini didapat dengan mempertimbangkan asumsi akan lonjakan perpindahan penduduk sekitar 1,5 juta jiwa dengan konsumsi listrik sebesar 4.000 kilo Watt hour (kWh).
“Jika (mempertimbangkan) reserve margin 30 persen, maka diperkirakan tambahan pasokan tenaga listrik yang harus disiapkan sebesar 1.555 MW,” ungkap Arifin dalam keterangan resmi, Jumat (29/11).
Di samping faktor perpindahan penduduk dan konsumsi listrik, Pemerintah mempertimbangkan pula kebutuhan energi listrik sebesar 6.000 gigawatt hour (GWh). Kemudian susut jaringan 10 persen, faktor beban 63 persen, dan produksi listrik 6.600 GWh. Sehingga keseluruhan beban puncak diasumsikan mencapai 1.196 MW.
“Sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) sampai 2024, tambahan pasokan di Kalimantan Timur tercatat sebesar 691 MW sehingga masih diperlukan tambahan sebesar 884 MW,” lanjut Arifin.
Saat ini kondisi sistem ketenagalistrikan di ibu kota baru melalui sistem interkoneksi Pulau Kalimantan yaitu, daya mampu netto 1.596 MW, beban puncak 1.094 MW, dan cadangan 474,2 MW atau 30 persen.
Sementara itu, beban listrik di Kabupaten Penajam Paser Utara mencapai 15,89 MVA yang dipasok dari GI (Gardu Induk) Petung dengan kapasitas sebesar 90 MVA. Sementara, beban listrik di Kabupaten Kutai Kertanegara baru mencapai 117,54 MW yang dipasok dari GI Karang Joang, GI Manggarasari, GI Senipah dengan total GI sebesar 290 MVA.
Berdasarkan data PT. PLN, kondisi kelistrikan di Kalimantan sekarang tercatat memiliki cadangan sebesar 331,5 MW.
Angka cadangan tersebut berasal dari daya mampu netto sebesar 1.778 MW, sementara beban listrik yang harus dipasok sebesar 1.446,5 MW. Adapun daya mampu pasok dari pembangkit listrik yang ada di Kalimantan total mencapai 1.984 MW.