Jakarta,TAMBANG,- Pekan lalu majalah TAMBANG berkesempatan mengunjungi Site PT Antang Gunung Meratus (PT AGM), salah satu perusahaan tambang batu bara yang berlokasi di daerah Kalimantan Selatan. Kehadiran Majalah TAMBANG kali ini tidak sendirian tetapi bersama tim dari Bidang Koordinator Perencanaan Produksi dan Pemanfaatan Minerba, Ditjen Minerba, Kementerian ESDM.
PT AGM merupakan salah satu pemegang kuasa PKP2B Generasi ke-2 dengan izin operasi selama 30. Dimulai pada tahun 1999. Lokasi tambang ini berada di empat kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan yakni Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Saat ini PT AGM menjadi salah satu anak usaha dari PT Baramulti Sukses Sarana,Tbk (BSSR). yang pusatnya di Samarinda. Ada beberapa pemegang saham yakni Wahana Sentosa Cemerlang, Tata Power, GSN Korea dan GSN Resources.
Perusahaan ini mulai produksi pada tahun 1999 sampai saat ni dengan batu bara GAR 4200, 3800, 3700 dan 3400. Saat ini kegiatan produksi ada di Blok IV dan Blok II dan Blok III yang aktif. Juga masih ada Blok III Utara dan Blok V dan Blok VI.
Di sepanjang tahun 2021, perusahaan menargetkan produksi batu bara sebesar 12 juta ton. Namun karena ada kendala eksternal dalam tiga bulan terakhir menjelang akhir tahun membuat perseeroan tidak dapat mencapai target produksi tersebut. Produksi batu bara di tahun 2021 tercatat sebesar 10,31 juta ton. Di tahun 2022 ketika diawal tahun perseroan menargetkan produksi sebesar 20 juta ton. Namun karena kendala eksternal pada April perusahaan merevisi target produksi menjadi 12.500 juta ton. Sampai November 2022 total produksi sudah mencapai 9.851 ribu ton.
Batu bara dari tambang milik PT AGM sebagian besar diekspor namun perusahaan juga tetap mengutamakan pasar domestik secara khusus terkait dengan kewajiban Domestic Market Obligation (DMO). Sementara pasar ekspor sebagian besar ke India, Cina dan beberapa negara di kawasan Asia.
Di tahun 2021, perusahaan memasok ke pasar domestik baik ke kelistrikan umum dan non kelistrikan umum. Pada 2021, perusahaan berhasil melampaui target DMO yakni 39% atau 4,02 juta ton. Sementara tahun ini, dimana sampai 4 Desember 2022 porsi untuk pasar domestic sudah mencapai 20% dari kewajiban sebesar 25%. Perusahaan berkomitmen untuk memanfaatkan sisa waktu sampai akhir tahun untuk memenuhi kuota 25% bahkan melampaui kewajiban. Sedangkan ke pasar ekspor sejauh ini sudah mencapai 80%.
Untuk tahun 2023, perusahaan memproyeksikan ekspor akan mencapai 10 juta sementara pasar domestik akan dialokasikan sebesar 3.590 ribu ton. Untuk pasar domestik, batu bara perseroan dialokasikan untuk penggunaan kelistrikan umum sebesar 2,9 juta ton. Kemudian non kelistrikan umum 601 ribu ton. Sehingga total untuk kelistrikan sebesar 3,5 juta ton.
Di kesempatan itu, Tim dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara melakukan sosialisasi terkait pengembangan dan pemanfaatan batu bara. Dimana PT Antang Gunung Meratus sebagai pemegang kuasa PKP2B ketika akan beralih menjadi IUPK harus mengajukan rencana hilirisasi batu bara. Saat ini Pemerintah hanya memberi tidak opsi hilirisasi batu bara yakni gasifikasi menuju DME, Semi Kokas dan Coal to liquification. Perusahan tambang pemegang PKP2B harus memilih satu dari ketiga opsi tersebut.