Beranda Tambang Today Mengejar Ekspor, Antam Genjot Produksi Nikel Kadar Rendah

Mengejar Ekspor, Antam Genjot Produksi Nikel Kadar Rendah

Foto: Istimewa

Jakarta, TAMBANG – PT Aneka Tambang (Antam) memanfaatkan peluang pasar ekspor dengan menggenjot produksi nikel kadar rendah. Upaya tersebut ditempuh dengan mengaktifkan kembali tambang Tapunopaka di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

 

Sebelumnya, tambang tersebut dilaporkan sempat berhenti. Terakhir, blok nikel Tapunopaka berproduksi pada tahun 2012 silam.

 

Pengapalan pertama dari Tapunopaka sukses diluncurkan pada pertengahan Mei lalu. Sebanyak 55.570 ton bijih nikel dengan kadar sekitar 1,6 persen dikirim ke China.

 

Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo menuturkan, tambahan produksi dikebut lantaran harga nikel untuk ekspor sedang berada di level yang lebih kompetitif dibandingkan pasar domestik.

 

“Kisaran harganya USD 30-32 per ton. Lebih kompetitif dari harga dalam negeri,” tutur Arie saat dijumpai di Jakarta, Senin (20/5).

 

Hal tersebut dibenarkan oleh Direktur Niaga Antam, Aprilandi H Setia yang mengungkapkan, harga bijih nikel di pasar domestik sedang tergolong rendah. Dia tidak menyebut angka pasti, tapi yang jelas masih berada di bawah USD 30 per ton.

 

“Faktor utama harga (domestik) belum bersaing karena ada semacam dominasi pasar. Sejauh ini smelter yang menyerap nikel hanya Tsingshan dan Virtue Dragon,” beber Aprilandi.

 

Kedua perusahaan yang dimaksud adalah PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel, anak usaha China Tsingshan Holding Group yang beroperasi di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah, dan PT Virtue Dragon Nickel Industry, anak usaha Jiangsu Delong Group yang berlokasi di kawasan industri Konawe.

 

Tsingshan dan Jiangsu merupakan dua raksasa produsen baja tahan karat dari negeri Tirai Bambu. Mereka saling kejar kapasitas produksi, adu kuat ekspansi ke lumbung-lumbung nikel di Indonesia.

 

Menghadapi fenomena dominasi itu, Antam memiliki strategi khusus untuk mempertahankan daya tawar produknya di pasar domestik agar tetap terjaga, yaitu dengan mengirim barang secara tepat waktu mengikuti permintaan pembeli dan memastikan kualitas bijih sesuai pesanan.

 

Di luar itu, Antam juga melakukan upaya audiensi ke tingkat birokrasi, mendorong Pemerintah supaya ikut berperan menjaga persaingan pasar agar berjalan sehat.

 

Selain untuk menjemput peluang pasar luar negeri, peningkatan volume produksi bijih yang dilakukan Antam juga untuk menggenapi kuota ekspor dari Pemerintah. Pasalnya, tanpa dibantu kinerja dari blok Tapunopaka, jatah penjualan ekspor mineral kadar rendah Antam diprediksi bakal surplus.

 

Sebagai informasi, hingga tahun 2020 mendatang, Antam telah mengantongi izin perpanjangan ekspor bijih nikel di bawah kadar 1,7 persen dengan jumlah volume mencapai 2,7 juta ton.

 

Adapun realisasi produksi selama kuartal pertama tahun ini,  tercatat mencapai 2,23 juta ton, dengan level volume penjualan sebanyak 1,74 juta ton. Sebagian produksi khususnya yang kadar 1,7 persen ke atas, telah diserap sepenuhnya oleh smelter Antam sendiri