Oleh : Zulfatun Mahmudah
“Kodrat saya sebagai perempuan adalah mengurus keluarga. Saya bekerja di luar rumah karena saya ingin mencari kegiatan positif, sekaligus menghasilkan uang untuk biaya anak-anak. Dengan dasar pemikiran itu, saya tidak merasa beban harus mengerjakan dua tugas sekaligus.”
Pernyataan itu disampaikan Umandia, perempuan single parent yang sudah 27 tahun bekerja sebagai operator alat berat di sebuah tambang batu bara di Kalimantan Timur. Peran ganda yang kerap diperdebatkan bukan sebuah persoalan bagi seorang Umandia.
Apa yang disampaikan Umandia tidak berbeda dengan pendapat rekan kerjanya. Suryani, perempuan asal Sulawesi Selatan yang juga sudah 27 tahun menekuni profesi sebagai operator alat berat mengaku tidak beban dengan peran ganda yang ia jalankan.
Suryani menuturkan, ”orang tua saya mengajarkan, kodrat saya sebagai perempuan tidak boleh dilupakan meski saya kerja di luar rumah. Saya bisa bekerja dengan tenang jika pekerjaan rumah selesai sebelum berangkat kerja, sehingga di tempat kerja tidak kepikiran urusan rumah.”
Pernyataan cukup tegas juga disampaikan Sherly, perempuan yang juga sudah bekerja 27 tahun sebagai operator alat berat di tambang yang sama. Sherly mengaku harus bisa membuktikan bahwa profesinya sebagai operator alat berat di tambang tidak akan mengganggu tugasnya di rumah.
“Suamiku berpenghasilan cukup besar karena posisinya cukup tinggi di perusahaan tempatku bekerja. Ia melarangku bekerja karena kawatir aku tidak bisa mengurus pekerjaan rumah dengan baik jika bekerja sebagai operator,” tutur Sherly.
Sherly berusaha meyakinkan suaminya, dan berhasil membuktikan bahwa profesinya sebagai pekerja tambang tidak mengganggu tugasnya mengurus keluarga. “Bagiku menjadi operator alat berat adalah sebuah kebanggaan. Namun demikian, aku tidak akan lupa kodratku sebagai perempuan yang harus mengurus keluarga,” tegas Sherly. Alhasil ia pun bisa mempertahankan profesi yang telah digelutinya sejak 1993 silam hingga sekarang.
Antara Kodrat dan Aktualisasi Diri
Mengapa perbincangan peran ganda menjadi penting dikaitkan dengan pekerja perempuan di tambang? Dalam konteks ini, perempuan pekerja tambang yang dimaksudkan adalah mereka yang langsung bertugas mengoperasikan armada tambang, bukan yang bekerja di perkantoran industri tambang.
Satu hal yang harus kita pahami. operator alat berat merupakan profesi yang relatif berat untuk perempuan. Selain itu, para perempuan pekerja tambang umumnya adalah ibu rumah tangga dan bahkan sebagian dari mereka berstatus single parent.
Dilihat dari durasi kerja, profesi ini membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu 12 jam dalam sehari. Artinya, jika ditambah jam berangkat dan pulang kerja, perempuan membutuhkan waktu sekitar 13 jam di luar rumah. Para operator tambang juga harus bekerja dalam shift. Ketika tiba giliran masuk kerja malam, maka perempuan akan duduk semalam suntuk dalam alat berat.
Armada tambang merupakan armada yang sangat besar, bahkan satu truk bisa mengangkut hingga 360 ton tanah kupasan (OB) dalam sekali angkut. Jika dihubungkan dengan tampilan fisik perempuan yang begitu feminin, sekilas tidak ada kecocokan perempuan mampu menjalankan armada tersebut.
Lokasi kerja tambang merupakan hutan belantara yang sunyi. Dibutuhkan keberanian tersendiri untuk tetap bisa berada di area kerja tersebut. Belum lagi jika ditengok dari seragam yang harus dikenakan, cukup berat dan jauh dari kesan fashionable yang umumnya digandrungi kaum hawa.
Karakteristik pekerjaan itu menggiring pemikiran kita betapa sulitnya menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai pekerja tambang. Namun realita membuktikan, perempuan pekerja tambang mampu menjalani dua peran tersebut dengan sangat baik.
Penuturan sejumlah perempuan di atas membuktikan bahwa peran ganda yang harus mereka jalani bukan persoalan serius yang harus diperdebatkan. Kesederhanaan mereka berpikir menjadi dasar kesuksesan mereka menjalani dua profesi sekaligus.
Mereka bukanlah perempuan lulusan pendidikan tinggi. Pendidikan mereka umumnya hanya tamat SMA. Namun kesederhanaan cara berpikir mereka mengalahkan berbagai konsep yang kerap diperdebatkan di panggung seminar. Sebuah konsep terkait peran ganda perempuan, yang kerap menjadi perbincangan para pakar dengan latar belakang pendidikan sangat tinggi, seperti para master dan doktor.
Para operator perempuan di tambang sukses menjalankan peran ganda hanya didasari pemikiran sederhana. “Menjalankan tugas rumah tangga adalah kodrat perempuan, menjadi operator alat berat di tambang adalah bagian dari aktualisasi diri perempuan.”
Konsep sederhana itu muncul dari sebuah ketulusan. Para pekerja perempuan di tambang adalah para ibu sejati yang dengan ikhlas mau dan mampu menyelesaikan tugas rumah tangga. Ini terlihat dari pengakuan mereka bahwa mereka bisa fokus kerja jika sebelum berangkat bisa menyelesaikan pekerjaan rumah.
Memaknai Kodrat Perempuan
Berbicara tentang kodrat, kadang muncul opini bahwa perempuan yang fokus mengurus keluarga dan tidak bekerja di luar rumah adalah perempaun yang tahu akan kodratnya. Opini tersebut seolah menggiring pemikiran kita jika perempuan bekerja di luar rumah kurang tahu kodratnya. Alasannya karena mereka tidak benar-benar fokus menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga.
Opini semacam ini tentu saja harus dibuktikan kebenarannya. Sebab, banyak perempuan yang memilih tidak bekerja di luar rumah, tapi kenyataannya waktu mereka habis untuk hal-hal yang kurang berguna. Nongkrong di kafe, jalan-jalan bersama teman, hingga membentuk komunitas yang kerap dikenal dengan kelompok sosialita. Pada akhirnya urusan keluarga pun tidak tertangani dengan baik, meski mereka tidak bekerja di luar rumah.
Lantas bagaimana dengan perempuan pekerja tambang yang jelas lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Umandia menjelaskan kunci utamanya adalah manajemen dan pemanfaatan waktu secara berkualitas. “Saya harus pandai memanfaatkan waktu agar tugas di rumah tangga tertangani dengan baik. Hal-hal yang tidak berguna seperti kumpul-kumpul sekedar untuk ngrumpi paling saya hindari,” tegasnya.
Dengan cara itu, Umandia yang single parent terbukti bisa mengasuh anak-anaknya dari kecil hingga di bangku kuliah. Tidak hanya itu, Umandia juga tetap merawat ibunya yang sudah renta hingga ajal menjemput ibunya.
Manajemen waktu yang baik juga mengantarkan Yenny, perempuan yang sudah menekuni pekerjaan tambang selama 12 tahun. Sebagai ibu muda, ia harus bisa menjamin buah hatinya tetap mengkonsumsi ASI, meski kesibukan tambang menyita waktunya. Yenny kadang menyempatkan memerah ASI di kabin truk yang dioperasikannya. “Apapun akan saya lakukan demi anak saya tetap mendapatkan ASI”,” katanya.
Naluri Yenny sebagai seorang ibu tidak luntur oleh kerasnya kehidupan tambang. Sebuah naluri yang tercipta dari diri yang ikhlas dan tulus untuk mewujudkan hal-hal positif dari dua dunia yang digelutinya. Sebagai perempuan pekerja tambang, Yenny berbicara peran ganda dengan tindakan nyata tidak sekedar retorika. Mereka adalah para ibu sejati yang tidak disibukkan dengan seremoni hari ibu.
Apa yang dilakukan para perempuan pekerja tambang menjadi gambaran bahwa mereka bukan perempuan lemah. Memadukan dunia tambang yang sangat keras dan tugas rumah tangga yang sangat berat hanya mampu dilakukan oleh perempuan hebat.
Lantas siapa sejatinya perempuan hebat? Berkaca dari perempuan pekerja tambang, perempuan hebat adalah mereka yang mampu menempatkan karir di luar rumah sebagai bentuk aktualisasi diri perempuan. Sedangkan tugas dalam rumah tangga sebagai bentuk kodrat perempuan. Sebagai perempuan hebat, mereka telah menjalani, merasakan, sekaligus membuktikan bahwa peran ganda tidak perlu diperdebatkan.
Dukungan Keluarga
Hal mendasar yang juga mendukung kesuksesan perempuan pekerja tambang menjalani peran ganda adalah kemampuan komunikasi internal mereka. Bagaimana mereka melakukan negosiasi dan koordinasi dengan suami dan anak menjadi faktor penting.
Suryani menceritakan dirinya berbagi tugas dengan suaminya untuk mengerjakan pekerjaan rumah, terutama saat dirinya harus masuk pagi. Sementara Yenny, menyerahkan tugas antar jemput anaknya ke sekolah kepada suaminya yang lokasi kerjanya lebih memungkinkan untuk menjalankan tugas tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa kesuksesan perempuan menjalankan peran ganda juga membutuhkan pengertian dan dukungan laki-laki, dalam hal ini suami. Baik suami maupun istri harus bisa melepaskan egonya masing-masing agar pengaturan peran berjalan dengan baik. Di sisi lain, saling pengertian juga tidak akan tercipta kalau negosiasi suami dan istri didasari perdebatan logika semata. Sebab, kesusksesan manajemen rumah tangga membutuhkan kombinasi antara logika dan rasa.
Dengan dukungan keluarga, khususnya suami diharapkan peran ganda perempuan pekerja tambang bisa berjalan optimal. Selamat hari ibu untukmu para perempuan tangguh di dunia tambang.
- Tulisan ini disarikan dari hasil riset yang berjudul “Pekerja Perempuan di Tambang: Bentuk Negosiasi Kesetaran Gender dalam Dunia Kerja Maskulin” karya Zulfatun Mahmudah, S.Pd, M.I.Kom, CSRS.
- Riset tersebut meraih penghargaan BEST OF THE BEST Research Nasional tahun 2018