Beranda Galeri Malaysia Larang Ekspor Bauksit

Malaysia Larang Ekspor Bauksit

Ikan yang mati akibat keracunan ceceran bauksit. Sumber: wsj.com

 

KUALA LUMPUR, TAMBANG. PEMERINTAH Malaysia melarang pertambangan bauksit selama tiga bulan, dimulai akhir bulan ini. Larangan itu diputuskan pemerintah setelah munculnya berbagai dampak lingkungan yang dikeluhkan warga Kuantan, negara bagian tempat tambang bauksit itu berada. Adanya larangan dipastikan mempengaruhi ekspor bijih bauksit untuk smelter di Cina.

 

Koran The Wall Street Journal kemarin melaporkan, tahun lalu Malaysia muncul sebagai penyedia utama bauksit setelah Indonesia, yang selama bertahun-tahun menjadi penyedia utama bauksit, melarang ekspor bijih mineral demi menggiatkan industri pengolahan di dalam negeri. Dari Januari hingga November tahun 2015 ini, Malaysia mengekspor sekitar 20 juta ton bauksit ke Cina, produsen aluminium terbesar di dunia.

 

Ekspor Malaysia memenuhi hampir separuh total impor bauksit Cina. Pada 2014, Malaysia hanya mengekspor 3,25 juta ton bauksit ke Cina.

 

Para ahli industri sebelumnya mengatakan, masuknya Malaysia ke kancah ekspor bauksit mengubah keadaan. Malaysia menjadi sumber baru bauksit bagi Cina. Bauksit merupakan bahan baku pembuatan aluminium, logam yang banyak dipakai untuk bangunan, mobil, hingga peralatan memasak.

 

Namun, penambangan bauksit besar-besaran mengundang persoalan. Keprihatinan akan longgarnya peraturan, serta kurangnya penjagaan terhadap lingkungan sudah lama mencuat. Situasi menjadi lebih ramai setelah pekan lalu beredar foto-foto lingkungan pantai, perumahan, dan sungai di Pahang yang memerah akibat dampak penambangan bauksit.

 

Pemandangan ikan yang mati di sungai yang memerah akibat sisa tambang bauksit, beredar luas di media Malaysia, sepanjang pekan ini. Berbagai serangan terhadap penambangan bauksit itu membuat Pemerintah Malaysia memutuskan melarang ekspor bauksit.

 

‘’Mulai 15 Januari, seluruh kegiatan ekspor dibekukan selama tiga bulan,’’ kata Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Malaysia, Wan Junaidi Tuanku Jaafar.

 

Hujan yang mengguyur daerah Pahang, Desember-Januari ini membuat sungai dan pantai memerah, akibat butiran sisa tambang bauksit. Ikan dan air di sekitar Kuantan banyak yang tidak layak dikonsumsi. Padahal Kuantan merupakan salah satu wilayah tujuan utama pariwisata di Malaysia.

 

Ceceran butiran tanah yang mengandung bauksit, yang warnanya merah, tak hanya berupa tanah, melainkan juga mengandung berbagai mineral lain seperti arsenik, merkuri, dan logam berat lain termasuk strontium dan cesium. Warga Kuantan akibat tambang bauksit, kualitas air turun. Air tanah juga menjadi tak layak untuk mandi.

Masih belum jelas bagaimana pelarangan itu akan berdampak jangka panjang bagi ekspor bauksit Malaysia. Bila pelarangan terus berlanjut, ada kemungkinan Cina beralih ke pemasok lain seperti Australia dan India, meski harganya lebih mahal.