Balikpapan, TAMBANG – Majalah TAMBANG menyelenggarakan Indonesia Coal Summit 2023 di Balikpapan, Jumat (12/5). mengusung tema Unlocking the Future of Coal; Growing in a Green World, acara difokuskan pada pembahasan posisi komoditas batu bara yang saat ini masih penting dijadikan sebagai sumber energi nasional di tengah kampanye pemakaian energi bersih dan ramah lingkungan.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Ditjen Minerba Kementerian Energi dan Sumber Baya Mineral (ESDM), Lana Saria dalam sambutannya menyampaikan bahwa tidak bisa dipungkiri kalau Indonesia masih memerlukan batu bara sebagai produk utama penopang ketahanan dan kemandirian energi domestik. Batu bara menjadi sumber pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang dibutuhkan di masa transisi.
“Saat ini peranan batu bara di Indonesia masih penting untuk menunjang perekonomian, dan menjadi sumber energi utama penyangga bagi Indonesia hingga nanti EBT dapat mencapai posisi yang diharapkan sesuai dengan target bauran energi nasional,” ujar Lana.
Lana menyebutkan, Indonesia selalu menekankan pelaku usaha untuk memanfaatkan batu bara dengan prinsip berkelanjutan di antaranya melalui partisipasi pengurangan emisi karbon. Bahkan pemerintah sedang menyiapkan teknologi pengolah batu bara yang ramah lingkungan
“Saat ini kita mulai jalur transisi, kita harus memanfaatkan batu bara secara berkelanjutan dengan cara ikut berkontribusi pada pengurangan emisi di sektor ini. Berdasarkan roadmap pemanfaatan batu bara, Indonesia berupaya mengeluarkan teknologi batu bara bersih nanti sampai 2045 dengan mengintegrasikannya bisnis batu bara hulu dan hilir,” imbuh dia.
Lana menyadari bahwa batu bara yang masih digunakan di sejumlah pembangkit listrik untuk kebutuhan transisi energi, menghasilkan emisi karbon yang signifikan. Walau begitu, Indonesia sendiri telah komitmen untuk mengatasi perubahan iklim tersebut baik dari skala nasional maupun internasional.
“Indonesia juga telah berkomitmen untuk berkontribusi mengatasi perubahan iklim melalui pengembangan kontribusi yang ditentukan secara nasional untuk mengurangi 29 persen emisi melalui upayanya, dan 41 persen melalui dukungan internasional dibandingkan dengan skenario bisnis as usual pada tahun 2030,” jelas dia.
Hal serupa diutarakan Direktur utama Majalah TAMBANG, Atep A Rofiq. Batu bara, kata dia, telah menjadi penopang perekonomian Indonesia termasuk menjadi salah satu kontributor terbesar dari sisi penerimaan negara dan membantu Indonesia cepat pulih pasca pandemi.
“Sektor pertambangan batu bara berkontribusi signifikan terhadap perekonomian di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mulai dari penerimaan negara, penyerapan tenaga kerja, hingga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM),” ucap Atep.
Namun di sisi lain, industri batu bara juga sudah harus bersiap menghadapi beberapa tantangan ke depan, salah satunya dengan isu lingkungan. Program phase out PLTU juga menjadi alarm terhadap masa depan komoditas batu bara.
“Banyak sekali peraturan yang dalam dua dekade terakhir memberikan perubahan. Tentu di satu sisi memacu semangat, tapi di sisi lain harus dikritisi bersama karena ada sejumlah poin yang dinilai kurang pas,” ujar dia.