Jakarta, TAMBANG – PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) berkolaborasi dengan Badan Layanan Umum (BLU) Puslitbang Tekmira Kementerian ESDM, meneliti dan mengembangkan pembuatan Coal Tar Pitch dari ter hasil gasifikasi batu bara.
Kolaborasi tersebut telah dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Kepala Badan Litbang ESDM, Sutijastoto, dengan Direktur Utama PT Inalum pada 1 Februari lalu.
“Sedangkan BLU Puslitbangtek KEBTKE akan memberikan dukungan teknis terhadap penyediaan energi”, ujar Sutijastoto, dalam keterangan resminya, Senin (4/2).
Sutijastoto mengatakan, Coal Tar Pitch (CTP) adalah residu hasil distilasi tar, sebagai produk samping dari proses pirolisis seperti proses pembuatan kokas dan gasifikasi. Kombinasi sifat kelengketan dan kadar karbon tinggi, membuatnya sangat ideal sebagai material perekat pada pembuatan anoda (elektroda penghantar listrik).
Ketersediaan CTP di Indonesia saat ini sangat bergantung pada pertumbuhan industri baja, karena CTP merupakan produk samping pembuatan kokas (metallurgical coke) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja pada peleburan baja.
Beberapa tahun terakhir harga CTP dunia melonjak karena produsen kokas di China mengurangi produksi kokas. Walau Indonesia adalah salah satu eksportir batubara terbesar di dunia, namun mayoritas batubaranya tipe non cooking yang tidak dapat diolah menjadi kokas metalurgi.
Tanpa industri pembuatan kokas metalurgi, maka tidak ada produksi tar sebagai bahan dasar CTP. Di sisi lain kebutuhan CTP dalam negeri terus meningkat dan fluktuasi nilai tukar rupiah telah menekan pertumbuhan industri aluminium Indonesia. Indonesia membutuhkan bahan baku alternatif dalam pembuatan CTP selain dari pembuatan kokas.
PT Inalum juga berupaya mendapatkan tambahan energi listrik dari sumber energi baru terbarukan. Diharapkan dengan kerja sama antara BLU Puslitbangtek KEBTKE dan PT Inalum akan mendapatkan kajian pasokan listrik secara efisien dan ramah lingkungan.