Jakarta,TAMBANG,- Perusahaan tambang PT Pesona Khatulistiwa Nusantara (PKN) memperkenalkan produk Kakao yang merupakan bagian dari kegiatan Corporate Social Responsible (CSR). Dijelaskan bahwa kakao merupakan salah satu komoditas potensial yang ada di Kalimantan Utara (Kaltara). Pihak perusahaan melakukan pendampingan mulai dari mempersiapkan lahan, sumber daya petani, distribusi bibit sampai pada hilirisasi (pasca panen). Bahkan, melakukan pengolahan hingga kakao menjadi produk berupa cokelat batangan.
Communty Development Officer PT PKN, Muchamad Sodik menjelaskan tahun 2021 PT PKN melakukan pendampingan pada 63 petani. Mereka terdiri dari 32 petani lama dan 31 petani baru di Bulungan. Para petani ini berasal dari lima desa di lingkar tambang yakni 43 petani ada di Desa Sajau, 8 di Kelubir, 5 di Tengkapak, 5 di Bentiang dan 2 di Antutan. Terdapat 9 kebun produktif yang mampu memproduksi 114 kilogram (Kg) kakao.
“Sepanjang tahun 2021, kami mendistribusikan bibit kakao kepada 18 petani dengan total 4.064 bibit. Selain itu, ada 1.607 pohon yang direhabilitasi kebun sambung samping. Artinya, tersisa 492 pohon yang belum disambung samping dari target sebanyak 2.099 pohon. Program budidaya kakao juga berkolaborasi dengan pendidikan, diantaranya pelajar dari SMK 1 Tanjung Palas dalam proses kebun sambung samping,”terang Muchamad Sodik.
Ia pun menambahkan bahwa produk kakao pasca panen kemudian diolah menjadi cokelat sebagai kebijakan program dari hulu sampai hilir. produknya dinamakan Cokelat Pesona Bultiya yang sudah menjadi bagian dari perencanaan sejak awal pendampingan terhadap komoditas kakao,” terangnya.
Superintendent Community Development PT PKN Muhammad Yusuf B menambahkan sebagai upaya pengembangan dan penanganan pasca panen, biji kakao diolah lebih maksimal. Sehingga memberikan nilai jual yang lebih tinggi dan menguntungkan petani kakao.
Pilihan pada pengembangan kakao juga merupakan bagian dari upaya Perusahaan dalam mendukung program pemerintah. Secara khusus menjadikan komoditas kakao sebagai produk lokal di Bulungan, Kalimantan Utara. Olahan kakao menjadi cokelat merupakan yang pertama di Propinsi Kalimantan Utara. “Setelah dua tahun berjalan, cokelat yang dihasilkan kini dapat dikomersilkan. Melalui proses fermentasi terbaik dari biji kakao terbaik, Cokelat Pesona Bultiya mengandung 35 persen kakao,” lanjut Muhamad Yusuf.
Saat ini produksi cokelat Bultiya masih dilakukan di Bandung. Ke depan, produksi cokelat ini akan diusahakan bisa dilakukan di Kaltara. “Kapasitas produksi kita sebanyak 100 kg biji kering per hari. Kalau hasil panen cokelat kita sudah mampu memenuhi kebutuhan itu, Insyallah produksi bisa kita lakukan di sini,” ujarnya.
Terkait dengan program pengembangan Kakao ini, Kepala Desa Metun Sajau Reptoser Njau mengakui program PT PKN sangat membantu masyarakat. Dampak dari adanya pembibitan kakao, sangat baik dan diterima masyarakat. Di mana 7 tahun sebelum adanya pembinaan budidaya coklat, masyarakat tidak mengetahui teknis peremajaan kakao.
“Melalui program ini, masyarakat sudah mau kembali dan memelihara kebun kakao. Kebun kakao sama tingginya dengan rambutan, karena tidak diketahui teknis pemeliharaannya. Ketika kami lihat budidaya coklat ini, masyarakat mempunyai kerinduan, agar ini dikembangkan. Yang tadinya diabaikan, sekarang mulai dirawat,” terang Reptoser di acara Launching Pesona Coklat Bultiya, Jumat (24/6).
Ada 4.500 bibit yang sudah diremajakan bahkan diharapkan bisa dikembangkan lagi. Selain itu, adanya pemberdayaan kakao, juga sangat memperhatikan ekonomi masyarakat terendah. “Ada warga saya di Punan Batu, mereka memiliki niat untuk kebun coklat. Ada 17 KK. Mereka ingin membuat budidaya Kakao. Saya harap melalui CSR bisa dikembangkan. Artinya, mereka sudah memahami dan ingin mengembangkan ndan membudidayakan kakao. Desa saya juga desa wisata budaya, produk coklat bisa menjadi salah satu olahan kakao unggulan. Serta potensi UMKM,” ungkapnya.
Sekretaris Disperindagkop dan UKM Kaltara Azis, juga mengapresiasi adanya upaya memberdayakan kakao. Dengan adanya produk yang dikeluarkan dari hasil olahan kakao, diharapkan kedapan bisa meningkatkan ekonomi di masyarakat. “Ini juga produk coklat pertama kali yang ada di Kaltara dan diolah di Sajau,” pungkasnya.