Beranda Galeri Lebih dari Rp 3.000 Triliun Proyek Pemboran Ditunda, Sebagian di Indonesia

Lebih dari Rp 3.000 Triliun Proyek Pemboran Ditunda, Sebagian di Indonesia

Salah satu contoh rig di tengah laut. Sumber: www.prezi.com
Salah satu contoh rig di tengah laut. Sumber: www.prezi.com

JAKARTA, TAMBANG. PERUSAHAAN pemboran mengalami rugi besar setelah harga minyak jatuh. Laporan terbaru dari Rystad Energy menyebutkan, proyek pemboran dari seluruh dunia dengan nilai total US$ 230 miliar —Rp 3.000 triliun lebih dengan kurs sekarang—ditunda.

 

Anjloknya harga minyak membuat perusahaan energi memangkas biaya eksplorasi, dan melakukan efisiensi di produksi. Pada Juli 2015 , Rystad melaporkan, sebanyak 40 proyek ditunda. Laporan lebih baru pada akhir pekan lalu menunjukkan, angka itu naik menjadi 63 proyek. Dari sisi angka, jumlah proyek yang ditunda naik 58%. Tetapi dari sisi belanja modal, kenaikannya 38%, sedang dari sisi sumber daya naik 30%.

 

Rystad Energy merupakan perusahaan konsultan perminyakan yang berpusaat di Norwegia, dan memiliki cabang di Brazil, Inggris, Amerika Serikat, dan Rusia. Dalam laporannya yang berjudul ‘’Rystad Energy: US$230 Billion Delayed Due to Oil Price’’, Rystad menyebut penundaan proyek itu membuat produksi sekitar 3 juta barel tertunda pada dekade depan. Negara produsen seperti Nigeria, Kazakhstan, dan Indonesia, merupakan negara utama yang terpengaruh.

 

Sebagian besar dari proyek yang tertunda itu kebanyakan proyek yang tak tak begitu kompleks, dioperasikan oleh perusahaan kecil. Sejauh ini terdapat 14 proyek di perairan dalam, lima proyek LNG, dua fasilitas minyak berat, tujuh proyek gas lepas pantai, dan 10 proyek pasir minyak telah ditunda.

 

Di proyek lepas pantai, menurut lembaga riset perminyakan lainnya, Rigzone, perusahaan pemboran diperkirakan akan lebih banyak mengistirahatkan rig-nya. Di seluruh dunia, tingkat pemakaian rig hanya 57,2% tahun ini, turun ketimbang 74,2% setahun lalu.

 

Rendahnya tingkat pemakaian itu juga bisa disimak dari laporan Noble Corp., perusahaan penyedia rig yang berpusat di London. Raksasa energi dunia, Shell, menghentikan kontrak penyewaan rig Discoverer milik Noble. Shell hanya akan membayar biaya sewa yang tersisa, tapi tidak akan memperpanjang. Rig Discoverer selanjutnya akan disimpan di Singapura.

 

Beberapa kontrak yang dimiliki Noble juga diturunkan, baik volumenya maupun harganya.