TAMBANG, MANILA. KEMENTERIAN Energi Filipina dan konsumen besar batu bara menilai, dilarangnya kapal-kapal dari Indonesia mengangkut batu bara ke Filipina tak akan berdampak serius. Kata mereka, sektor kelistrikan Filipina mendapatkan pasokan batu bara dari berbagai negara, dan didatangkan dengan kapal besar.
‘’Pelarangan dilakukan Pemerintah Indonesia terhadap tongkang,’’ kata Menteri Energi Filipina, Zenaida Y. Monsada. ‘’Terhadap kapal besar pengangkut batu bara, tidak dilarang,’’ lanjutnya.
Pelarangan itu dilakukan setelah awak tongkang pengangkut batu bara, disandera oleh kelompok militan di Filipina Selatan. Kapal itu tengah melintas di perairan Sulu, selatan Filipina.
Media bisnis dari Manila, Business World, menyampaikan bahwa perusahaan-perusahaan besar pemakai batu bara sepakat dengan pendapat Menteri Monsada, bahwa pelarangan ekspor oleh Indonesia tak akan berdampak besar.
Antonio R. Moraza, Direktur Utama Aboitiz Power Corp. mengatakan, pelarangan dilakukan terhadap tongkang dan kapal kecil. ‘’Kami tidak menggunakan keduanya,’’ katanya.
Moraza menggunakan kapal besar, dan melewati rute yang aman, berbeda dari rute yang selama ini dilewati kapal tongkang Indonesia.
Joseph C. Nocos, Wakil Presiden Pengembangan Usaha Alsons Consolidated Resources, Inc, mengatakan, perusahaannya memiliki stok batu bara untuk keperluan 60 hari ke depan. ‘’Setelah mengecek ke pemasok, ternyata yang dilarang adalah kapal tongkang. Kami menggunakan kapal besar, jadi masih aman,’’ lanjutnya.
Luis Miguel O. Aboitiz, Wakil Presiden Eksekutif Aboitiz Power dan Ketua Asosiasi Produsen Listrik Independen Filipina, juga mengatakan bahwa pelarangan oleh Indonesia tidak akan berdampak bagi perusahaannya.
Lawrence S. Fernandez, Wakil Presiden Manlia Electric Co. mengatakan, ‘’Kami terus-menerus berkoordinasi dengan pemasok untuk memastikan dampak pelarangan ekspor oleh Indonesia. Kami akan bekerjasama dengan pemasok untuk memastikan kelangsungan suplai, demi tersedianya listrik bagi konsumen.’’
Meski pemerintah dan dunia usaha mengatkan pelarangan ekspor oleh Indonesia akan kecil dampaknya, tetapi data menunjukkan situasi berbeda. Pada 2015, Pemerintah Filipina mengimpor 17,41 juta ton batu bara, sebanyak 16,56 juta ton berasal dari Indonesia. Sisanya berasal dari Vietnam, Rusia, dan Australia. Batu bara itu digunakan untuk keperluan listrik, semen, dan industri lain. ‘’Dari Indonesia kira-kira 96%,’’ kata Monsada.
Filipina memerlukan 22,01 juta ton batu bara, tahun lalu, sekitar 80% untuk keperluan pembangkit listrik, 15% untuk semen, dan sisanya untuk industri lain.
Sementara produksi Filipina hanya 8,17 juta ton, tahun lalu. Sebagian besar dari tambang batu bara Semirara. Lainnya harus diimpor.