Jakarta, TAMBANG – Kinerja positif ditunjukan PT Pertamina EP. Pada kuartal pertama 2018, berhasil menuai pendapatan USD675 juta. Capaian ini melampaui capaian periode yang sama tahun lalu.
“Pencapaian pendapatan tersebut lebih tinggi atau 115 persen dari realisasi pendapatan pada periode sama tahun sebelumnya sebesar USD586,” kata Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf, di Jakarta, Kamis malam (24/5).
Capaian anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di eksplorasi dan produksi ini, ditopang oleh kenaikan harga minyak dan kebijakan efisiensi yang dilakukan perusahaan.
Efisiensi yang dilakukan menurut Nanang adalah menekan biaya produksi. Total biaya produksi minyak per Maret 2018 adalah sekitar USD15,98 per barel. Sementara untuk gas sebesar USD1,03 per MMSCFD dan Migas sebesar USD8,96 per MSCF.
“Untuk lapangan offshore, salah satunya ada di field Poleng, biaya produksinya hingga Maret sebesar USD10,47 per barrel, gas USD1,81 per MSCF dan Migas USD10,47 per MSCF,” terang Nanang.
Rendahnya biaya produksi gas menurut Nanang, sangat menguntungkan perusahaan, mengingat 60 persen pendapatan perseroan dari produksi gas. Melihat pencapaian kuartal I serta tren penguatan harga minyak, Nanang optimistis target pendapatan Pertamina EP sepanjang 2018 sebesar USD2,7 miliar dapat terlampaui.
Hingga 15 Mei 2018, produksi minyak Pertamina EP mencapai 76.309 barel minyak per hari (BOPD) atau 96 persen dari target 79.275 BOPD. Sementara produksi gas mencapai 1.027 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 104 persen dari target.
Untuk mendorong kenaikan produksi tahun ini, Pertamina EP mengalokasikan belanja modal USD330 juta dan belanja operasi USD1,64 miliar.
“Dana itu dialokasikan untuk kegiatan eksplorasi, pengembangan, produksi serta General and Administration (G&A),” ujar Nanang.
Dari alokasi tersebut hingga pertengahan Mei 2018, Pertamina EP telah merealisasikan belanja modal sebesar USD122 juta dan belanja operasi sebesar USD359 juta.