Beranda Batubara Kuartal I 2021 Bukit Asam Cetak Laba Rp 500 Miliar

Kuartal I 2021 Bukit Asam Cetak Laba Rp 500 Miliar

Jakarta, TAMBANG – PT Bukit Asam Tbk mencetak laba sebesar Rp 500,51 miliar pada kuartal I 2021. Capaian tersebut turun sebesar 44,58 persen dari dari persiode sebelumnya yang berada di angka Rp 903,24 miliar.

Menurut Direktur Utama Bukit Asam Suryo Eko Hadianto, anjloknya laba perusahaan disebabkan oleh turunnya pendapata, di mana pada kuartal 1 2021 nilainya berada di angka Rp 3,99 triliun. Sedangkan di periode sebelumnya pendapatan perusahaan mencapai Rp 5,12 triliun.

Anjloknya pendapatan, kata Suryo Eko, akibat faktor tingginya curah hujan sehingga produksi batu bara tidak dapat berjalan optimal.

“Pendapatan dan laba turun karena tidak tercapai kinerja operasional, itu karena kondisi hujan yang cukup tinggi di daerah Tanjung Enim dan sekitarnya,” ungkapnya saat konferensi pers, Jumat (30/4).

Meski demikian, ia menjelaskan kinerja perusahaan akan dikerek oleh proyeksi di kuartal II 2021. Cuaca yang mulai membaik akan dimanfaatkan oleh Bukit Asam untuk menambah jam operasional pertambangan, sehingga produksi dapat digenjot kembali.

Proyeksi kinerja tersebut akan ditopang oleh rencana penambahan alat untuk mengoptimalkan produksi batu bara. Sedangkan secara kesiapan tambang, saat ini hampir seluruh konsesi Bukit Asam dapat dioperasikan secara maksimal.

“Sesudah hujan dalam operasional tambang ada yang namanya slippery, ini sekitar 2-4 jam operasional tambang baru bisa operasi lagi. Kalau frekuensi hujan sudah berkurang, bisa bayangkan yang tadinya jam slippery ini menjadi jam efektif atau efektif working hour, ini yang kami yakini bisa kami pakai,” tutur Suryo Eko.

Secara capaian produksi, Bukit Asam memasang target tahun ini sebesar 30 juta. Angka tersebut dapat naik seiiring kebijakan pemerintah yang membuka kesempatan menambah produksi batu bara, di mana sebelumnya  pemerintah mematok produksi nasional sebesar 550 juta ton kemudian ditambah menjadi 625 juta ton tahun ini.

“Kami merencanakan setidaknya minimal bisa produksi sekitar 30 juta ton, ini minimal. Kami jajaki dengan Kementerian ESDM supaya kami bisa dapatkan peluang yang lebih besar, tapi kami sesuaikan dengan kapasitas angkutan dan kereta api dan infrastruktur yang ada,” ujar Suryo Eko.