Jakarta,TAMBANG, DALAM tiga bulan awal tahun pendapatan PT Indika Energy,Tbk (INDY) mengalami penurunan. Perusahaan energi terintegrasi ini membukukan pendapatan sebesar USD641,5 juta. Dibanding periode yang sama tahun lalu terjadi penurunan 8,5%. Di kuartal I tahun 2019, perusahaan berkode saham INDY ini mencatat pendapatan sebesar USD700,7 juta. Pelemahan ekonomi global sebagai dampak pandemi Covid-19 jadi salah satu penyebab.
Kontributor utama pelemahan pendapatan perseroan adalah turunnya pendapatan anak usahanya yang bergerak di sektor pertambangan batu bara, PT Kideco Jaya Agung (Kideco). Pendapatannya turun sebesar 8,2% dari USD409,9 juta di kuartal I-2019 menjadi USD376,4 juta pada kuarta I-2020. Harga jual batu bara yang turun menjadi penyebabnya. Di tiga bulan awal tahun ini harga rata-rata batu bara sebesar USD43,0 per ton. Sementara di tiga bulan pertama tahun 2019 harga batu bara masih diangka USD45,7 per ton.
Anak usaha yang juga mencatat penurunan pendapatan adalah PT Petrosea Tbk. (Petrosea) yang juga turun sebesar 10,1%. Sebelumnya di kuartal I-2019 tercatat sebesar USD115,2 juta menjadi USD103,6 juta di tiga bulan awal tahun 2020.
Hal yang sama juga terjadi pada beberapa anak usaha lainnya. PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. (MBSS) mencatat penurunan pendapatan sebesar 21,6% menjadi USD16,4 juta dari USD20,9 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara PT Tripatra Engineers and Contractors (Tripatra) membukukan kenaikan pendapatan dari USD96,5 juta di kuartal-I 2019 menjadi USD100,3 juta di kuartal I-2020.
Dalam penjelasan disampaikan bahwa pandemi COVID-19 telah mengakibatkan pelemahan perekonomian global. Hal ini berimbas pada sektor pertambangan. Namun dipastikan bahwa Perseroan dalam kondisi baik dan memiliki posisi keuangan yang sehat. Posisi Kas dan setara kas Perseroan hingga akhir di kuartal I-2020 tercatat sebesar US$728,2 juta.
“Di tengah kondisi perekonomian dan industri yang menantang, prioritas kami adalah menjaga posisi kas dan optimalisasi belanja modal,” tutur Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan CEO Grup Indika Energy.
Dijelaskan pula bahwa awal Mei lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service (Moody’s) mempertahankan peringkat grup Perseroan pada level Ba3. Meski outlook-nya direvisi menjadi negatif karena tantangan di industri batubara yang semakin besar. Moody’s menegaskan afirmasi level Ba3 ini merupakan cerminan kondisi Perseroan yang memiliki saldo kas yang besar, bisnis yang terdiversifikasi, serta utang jangka pendek yang terkelola dengan baik.
Fokus pada Efisiensi
DI tengah situati ekonomi global yang tidak menentu, Perseroan akan terus fokus menjaga efisiensi produksi dan mengendalikan biaya operasional. Sepanjang tiga bulan awal tahun ini, Perseroan memproduksi 9,3 juta ton batu bara. Total produksi ini disumbangkan oleh PT Kideco Jaya Agung (8,8 juta ton) dan PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) (500 ribu ton).
Dari capaian ini Perseroan mencatat Laba Kotor sebesar USD104,9 juta. DIbanding periode yang sama tahun lalu terjadi penurunan 10,8%. Di periode yang sama tahun 2019, laba kotor perusahaan mencapai USD117,6. Sementara laba Operasi Perseroan turun 16,9% tercatat USD68,7 juta.
Dalam 3 bulan pertama tahun ini, Perseroan telah menggunakan belanja modal sebesar USD43,3 juta. Sebagian besar belanja modal ini dialokasikan untuk pembangunan fuel storage di Kariangau, Kalimantan Timur, sebesar USD22,4 juta dan untuk PT Petrosea sebanyak USD15,0 juta.
Sementara untuk diversifikasi portofolio bisnis sampai 5 Mei 2020, total kepemilikan Perseroan secara langsung dan tidak langsung di Nusantara Resources Limited (Nusantara) sebesar 23,2%. Nusantara merupakan induk dari PT Masmindo Dwi Area yang memegang konsesi pertambangan emas proyek Awak Mas di Sulawesi Selatan.
“Di tengah pandemi COVID-19, kami memprioritaskan kesehatan dan keselamatan pekerja di seluruh grup perusahaan dan tetap beroperasi untuk menjaga ketahanan energi nasional dengan tetap memperhatikan seluruh protokol kesehatan. Selain itu, kami juga melakukan rapid test dan PCR test untuk seluruh karyawan, serta membangun fasilitas kesehatan sementara di Jakarta dan berbagai lokasi proyek,” tutup Azis.