Denpasar – TAMBANG. Sebagai tujuan pariwisata dunia, permintaan pasokan listrik di Bali terbilang tinggi. Namun ribuan aplikasi pelanggan baru terpaksa ditolak PLN. Sebab, krisis listrik kini sedang melanda Pulau Dewata.
Menurut General Manajer PT PLN Distribusi Bali, Syamsul Huda, kondisi ini diakibatkan perbaikan atau perawatan rutin saluran bawah laut di PLTG Gilimanuk. Tak beroperasinya pembangkit berkapasitas 130 MW itu menyebabkan Bali akan mengalami defisit 40 sampai 70 MW per hari.
“Daya listrik di Bali sedang terganggu. Kondisinya kritis karena PLTU Celukanbawang yang mampu memasok 130 MW, belum masuk ke sistem listrik di Bali,” ungkap Syamsul Huda, Rabu (25/2).
Imbasnya, antrian 26 ribu calon pelanggan baru PLN terpaksa dihentikan. PLN pun tak bisa memberi kepastian kapan pendaftaran pelanggan baru akan kembali dibuka.
“Sebenarnya kami tidak ingin hal ini terjadi. Tetapi karena kondisinya sangat kritis maka untuk sementara kami stop dulu pemasangan untuk pelanggan baru di seluruh Bali,” keluhnya.
Saat ini, daya mampu kelistrikan Bali dari seluruh pembangkit yang ada sebenarnya mencapai 850 MW. Sementara beban puncak hanya ada di kisaran 781 MW.
Tapi menurut Huda, cadangan 69 MW itu tak cukup untuk meladeni kebutuhan ribuan pelanggan baru. Sebab, kebutuhan baru itu mencapai 112 MW.
“Kalau ini terus dilayani maka habislah listrik di Bali. Jadi kami setop dulu sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan, sampai dengan PLTU Celukanbawang masuk sistem listrik Bali,” ujarnya.
Menurut Syamsul Huda, PLTU Celukanbawang menjadi kunci andalan untuk melayani pelanggan baru. Selain itu, kapasitas tambahan juga akan meniadakan pemadaman bergilir yang terpaksa masih dilakukan sesekali saat ini.
Saat ini PLTU Celukanbawang sudah siap beroperasi tetapi belum masuk ke sistem, karena salurannya belum bisa digunakan. Masalahnya, ada satu gawang yang belum bisa ditarik karena persoalan dengan sebuah kawasan Kampung Barokah sepanjang 300 meter.
“Warga meminta agar SUTT tidak melewati kampung mereka. Sebenarnya solusinya sudah ada yakni jalurnya diputar tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama. Kita sudah menawarkan, agar warga sementara mengizinkan saluran yang ada sambil membangun SUTT di jalur yang lainnya. Sebab bila tidak, maka butuh waktu yang sangat lama dan akhirnya pelanggan di Bali semakin menumpuk,” ujarnya.