JAKARTA, TAMBANG. BERTAMBAHNYA pembangkit listrik tenaga uap yang beroperasi di Korea Selatan tahun ini akan menambah impor batu bara. Meski Korea Selatan ikut menandatangani pengurangan emisi karbon dalam pertemuan di Paris, akhir tahun lalu, tetapi salah satu negeri termaju di Asia itu membutuhkan penambahan pembangkit listrik secara cepat.
Kantor berita Reuters hari ini mengabarkan, Institut Ekonomi Energi Korea, lembaga pemikir yang dimiliki pemerintah Korea Selatan memperkirakan, permintaan batu bara akan bertambah 6,3% menjadi 140 juta ton pada 2016. Tahun ini akan beroperasi sembilan pembangkit listrik bertenaga uap baru, dengan total kapasitas 7,7 gigawatt.
Batu bara menjadi bahan bakar bagi 40% pembangkit listrik Korea Selatan, tahun lalu.
‘’Perlu sekitar 4-5 tahun untuk membangun pembangkit listrik baru, dari peletakan batu pertama hingga mulai beroperasi,’’ kata seorang pejabat Kementerian Energi Korea Selatan.
Korea Selatan telah membatalkan rencana membangun empat pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, dan berupaya menambah jumla hpembangkit bertenaga nuklir sebanyak dua buah, pada 2028 dan 2029. Ke depan yang akan diandalkan adalah pembangkit berbahan bakar nuklir dan gas.
‘’Pembangkit berbahan bakar batu bara yang sudah terlanjur dibangun tak bisa dibatalkan begitu saja,’’ kata si pejabat itu. Hingga 2022 akan ada tambahan 19 pembangkit berbahan bakar batu bara.
Korea Selatan mengimpor hampir 10 juta ton batu bara, Januari lalu, naik 5% dibanding setahun sebelumnya. Dari yang diimpor itu, kebutuhan untuk pembangkit listrik naik hampir 6% dibanding Januari tahun lalu, mencapai 7,7 juta ton. Sebagian besar impor berasal dari Australia, Indonesia, dan Rusia.