Beranda Batubara Konsumsi Batu Bara Global Turun 4,6 Persen

Konsumsi Batu Bara Global Turun 4,6 Persen

Jakarta-TAMBANG. Tekanan dunia pada isu perubahan iklim ternyata mulai berdampak pada perkembangan industri batu bara. Cina sebagai negara yang getol menggunakan batu bara pada pembangkit listriknya mulai mengurangi secara signifikan konsumsi mereka. Sebagai gantinya Cina kini tengah serius menggunakan energi terbarukan di dalam negeri.

 

Menurut data dari Greenpeace, di tingkat global penggunaan batu bara turun 2,3% hingga 4,6% pada sembilan bulan pertama 2015 mencapai 180 juta ton. Laporan tersebut mengonfirmasi bahwa upaya untuk mengatasi pemanasan global memiliki dampak signifikan terhadap industri batubara. Industri ini digadang-gadang merupakan sumber utama penyebab emisi karbon.

 

“Tren ini menunjukkan booming batu bara global dalam dekade pertama dari abad 21 hanyalah hayalan belaka,” jelas Lauri Myllyvirta, aktivis batu bara dan energi Greenpeace.

 

Penurunan penggunaan batu bara menurutnya akan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dituding menjadi penyebab pemanasan bumi. Untuk membatasi kenaikan temperatur global menjadi 2 derajat celcius (3,6 derajat Fahrenheit), emisi dari batubara harus dipangkas 4% per tahunnya hingga 2040 mendatang.

 

Di Cina konsumsi batu bara di sektor energi melorot lebih dari 4% pada kuartal pertama. Sementara, tingkat impor turun 31%. Sejak akhir 2013, pertumbuhan konsumsi listrik di Tirai Bambu ini sudah digantikan dengan pembangkit energi terbarukan.

 

“Industri batu bara sering memprediksi Cina akan terus menambah pembangkit energi batubara yang baru setiap minggu sebagai bukti permintaan batu bara akan naik di masa yang akan datang. Namun realitanya cukup berbeda. Kapasitas utilisasi dari pembangkit batu bara terus menurun. Cina saat ini hanya menambah satu pembangkit energi batu bara per minggu yang tidak digunakan,” jelas laporan tersebut.

 

Sementara itu di Amerika Serikat, penggunaan batu bara untuk energi listrik diprediksi akan turun menjadi 36% tahun ini dari 50% satu dekade lalu. Lebih dari 200 pembangkit energi batu bara dengan kapasitas 83 gigawatts, akan dipensiunkan.

 

Selain itu, konsumsi batu bara di 28 negara Uni Eropa juga bergerak flat dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Pada tahun lalu, konsumsi batu bara di Benua Biru mengalami penurunan rekor sebesar 6,4%.

 

Di India, produksi batu bara domestik mengalami kenaikan, dengan tingkat penjualan oleh Coal India naik sebesar 7% pada sembilan bulan pertama 2015. Adapun tingkat konsumsinya naik 5%. Namun, upaya India untuk mempromosikan energi terbarukan juga memangkas tingkat permintaan untuk batu bara. Bahkan, cadangan batu bara di negara tersebut meningkat tajam.

 

Selain India, Indonesia merupakan salah satu negara yang berencana mengembangkan PLTU batu bara untuk menunjang program kelistrikan 35.000 MW. Dalam program tersebut batu bara mendapatkan porsi hingga 60% dari seluruh sumber energi yang lain. Terbaru, pengembang swasta yang mengoperasikan PLTU batu bara 660 MW, PT Cirebon Electric Power baru saja melakukan penambahan unit batu bara sebesar 1.000 MW.

 

Direktur Utama PT Cirebon Electric Power, Heru Dewanto mengatakan penambahan itu ditujukan untuk mendukung penambahan kapasitas listrik di tanah air, khususnya Jawa dan Bali. Ia mengatakan teknologi yang dipakai sudah modern sehingga mengurangi produksi emisi karbon yang selama ini selalu diributkan.