Jakarta, TAMBANG. PERUSAHAAN raksasa di bidang pertambangan, Rio Tinto, tengah menghadapi kendala modal akibat runtuhnya harga komoditas. Situasi ini mendorong Rio Tinto mencari mitra dari Cina untuk membantu mendanai proyek bauksit senilai $ US1,9 miliar, dikenal sebagai Proyek Amrun, di dekat Weipa, Cape York, Queensland, Australia.
Diperkirakan, jika kelompok Cina jadi hadir di proyek Amrun itu, perusahaan Cina yang dimaksud adalah Chinalco, BUMN dari Cina yang sudah memiliki 9,9% saham di Rio Tinto.
Proyek Amrun terletak sekitar 40 km sebelah selatan dari tambang bauksit Weipa. Kehadiran Cina di proyek smelter Amrun itu juga dilihat oleh kalangan industri sebagai sesuatu yang makin menancapkan kehadiran Cina di industri bauksit. Industri bauksit Cina telah berkembang pesat dekade lalu, berkat biaya rendah dan pasokan listrik berlimpah dari batu bara.
Untuk membuat satu ton alumina, diperlukan 2,25 ton bauksit. Untuk membuat satu ton aluminium diperlukan dua ton alumina. Cina sudah bisa memproses, dari bauksit hingga menjadi aluminium. Sayangnya, industri Cina memiliki kelemahan utama, yaitu kurangnya pasokan bauksit berkualitas.
Sumber utama bauksit untuk Cina berasal dari Indonesia. Namun sejak Januari 2014, Pemerintah Indonesia melarang ekspor mineral mentah, demi mendorong industri pengolahan di dalam negeri. Setelah itu, hadirlah bauksit dari Malaysia. Sayangnya, sejak Desember lalu Malaysia juga melarang ekspor bauksit, karena alasan lingkungan.
Dengan latar belakang ini, maka diperkirakan pihak Cina akan sangat bersemangat masuk ke proyek Amrun. Bahkan sejak November tahun lalu, Rio Tinto seolah-olah sudah yakin bahwa modal untuk melanjutkan proyek Amrun bukan masalah lagi.
Pekan lalu, Rio Tinto mengeluarkan laporan tahunan. Keuntungannya merosot 51 persen menjadi US$ 4,5 miliar. Kebijakan pemberian dividen progresif dibuang.
Dari kantor pusat Rio Tinto di London, Kepala Eksekutif Rio, Sam Walsh, mengatakan bahwa pihaknya tengah mempertimbangkan investasi Cina di Amrun.
Kata Sam Walsh kepada media The Weekend Australian, menggandeng Cina merupakan salah satu dari sejumlah opsi yang dipertimbangkan untuk “merampingkan modal dalam proyek”.
Rio juga akan mempertahankan saham mayoritas dalam proyek tersebut. “Rio Tinto pasti akan tetap menjadi pemilik utama dari proyek ini, ” kata Walsh. Proyek Arum, katanya, adalah “proyek yang sangat kuat, dengan imbal beli yang menarik. ”
Setengah dari bauksit yang diproduksi di Amrun diperlukan untuk mengganti bauksit dari East Weipa, yang cadangannya mulai menipis. “Jadi itu adalah proyek yang baik, dan sangat diperlukan, ” kata Walsh.
Amrun, dinamai dari bahasa setempat, awalnya akan memberikan 22,8 juta ton bauksit setahun, mulai 2019. Sebanyak 10 juta ton akan diekspor. Dengan harga komoditi yang terus anjlok, yang membuat neraca Rio Tinto terganggu, Rio pun terpaksa menggandeng investor dari Cina.