Jakarta, TAMBANG – Kendaraan listrik mulai membanjiri sudut-sudut jalan perkotaan, baik roda dua maupun roda empat. Suaranya yang halus dan tidak mengeluarkan asap menjadikan electric vehicle (EV) ini sebagai moda transportasi yang ramah lingkungan dan bisa menurunkan emisi gas karbon.
Malah, armada elektrik tersebut lebih hemat dibanding dengan kendaraan konvensional berbahan bakar minyak (BBM). Hal ini disampaikan Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC).
“Jadi kalau kita lihat menggunakan 1 kilometer EV itu hanya Rp 50, kalau 1 kilometer kendaraan BBM itu Rp 250. Jadi penghematannya luar biasa untuk masyarakat,” ujar dia beberapa waktu lalu.
Karena itu, selain mengembangkan baterai, IBC juga menurut Toto tengah mendorong pemerintah untuk membentuk ekositem EV.
“Visi kami bukan saja pemain global EV baterai, tapi juga menciptakan EV ekosistem di Indonesia terkait kendaraannya,” imbuh Toto.
Saat ini IBC sudah melakukan hal tersebut dengan mengakuisisi produsen motor listrik merek Gesits, PT WIKA Industri Manufaktur (WIMA).
“IBC juga lakukan akuisisi terhadap Gesits dan sekarang (saham) kami mayoritas. Sehingga populasi motor two wheels EV menjadi salah satu yang patut kita dorong karena memberikan kemurahan kepada masyarakat,” ujar dia.
“Karena kalau tanpa ada kendaraan berbasis listrik di Indonesia, nanti hasil-hasil dari IBC, akan banyak diekspor,” tambahnya.
Toto menjelaskan, pada tahun 2030 pemerintah menargetkan pengadaan motor listrik sebanyak 9 juta unit dan mobil listrik sekitar 600 ribu unit. Sehingga fasilitas penunjang seperti kelistrikan harus memadai.
“Target dari pemerintah dan juga trend dunia, kendaraan listrik yang ada di Indonesia akan meningkat secara signifikan. Untuk yang roda dua pada tahun 2030 ditargetkan hamper 9 juta unit. Roda 4 hampir 600 ribu. Konsekuensinya memang akan dibutuhkan tenaga listrik yang memadai,” ujar dia.
Berdasarkan data PLN, jumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) per tahun 2022 mencapai 588 unit di 257 titik. Sebanyak 505 unit berada di Pulau Jawa dan Bali, sisanya di Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.