Jakarta, TAMBANG – Hingga saat ini sudah ada 11 perusahaan tambang yang sudah siap melakukan proyek hilirisasi batu bara higga tahun 2030. Hal ini dikemukakan oleh Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Lana Saria.
“Saat ini sudah tercatat 11 perusahaan yang komit dan sudah mempersiapkan proyeksi hilirisasi batu baranya hingga tahun 2030 dan akan menyusul dua perusahaan lagi,” kata Lana dalam Webinar Indef bertajuk ‘Keekonomian Gasifikasi Batubara’, dikutip, Jumat (8/4).
Ke 11 perusahaan tersebut yakni PT Bukit Asam, PT Kaltim Prima Coal, PT Kaltim Nusantara Coal, PT Arutmin Indonesia, PT Kendilo Coal Indonesia, PT Multi Harapan Utama, PT Adaro Indonesia, PT Kideco Jaya Agung, PT Berau Coal, PT Megah Energi Khatulistiwa, dan PT Triveni.
“PT Bukit Asam ini untuk kegiatan coal to DME di mana dengan kapasitas input batu bara 6 juta ton. Kapasitas produksinya adalah 1,4 juta ton per tahun. Mulai produksi di kuartal kedua 2025,” kata Lana mencontohkan.
Selain mengubah batu bara menjadi DME, lanjutnya, PTBA juga akan memproduksi coal briquetting hingga 30-40 ribu ton per tahun dan briket hingga mencapai 10-20 ribu ton per tahun.
Lana menyebutkan, dari 11 perusahaan tadi, setidaknya ada dua perusahaan yang sudah mulai produksi dari proyek hilirisasi ini yakni PT Megah Energi Katulistiwa dan PT Triveni.
“Dari semua perusahaan yang sudah mempersiapkan proyek hilirisasinya, ada yang memang sudah produksi seperti PT Megah Energi Katulistiwa untuk produknya adalah semi kokas dengan produksi satu juta ton per tahun dan kapasitas produknya di sini adalah semi kokas 500 ribu per tahun. Ini juga sudah produksi. Ini letaknya di Kalimantan Utara,” bebernya.
PT Triveni sendiri akan memproduksi coal upgrading briquetting sebesar 130 ribu ton per tahun. Perusahaan ini juga akan meningkatkan nilai tambah dengan memproduksi briket sebesar 79-85 ribu ton per tahun.
Sementara, perusahaan tambang yang akan menyusul dalam proyek strategis ini adalah PT Mandiri Inti Perkasa dan Borneo Indobara. “Yang akan menyusul di antara yang lain adalah Mandiri Inti Perkasa dan Borneo Indobara,” imbuhnya.
Menurut lana, proyek gasifikasi batu panas ini sebagai bentuk dukungan badan usaha pertambangan terhadap visi pemerintah untuk mencapai net zero emission 2060. Selain itu, program ini juga mendorong perusahaan tambang untuk menghasilkan nilai tambah.
“Dalam rangka mempersiapkan ke arah net zero emission, di mana harus ada metode pengganti batu bara,” ungkapnya.