Jakarta-TAMBANG β Sukses menjalankan menjalankan Intregated Supply Chain (ISC) 1.0 dengan total efisiensi US$208 juta, PT Pertamina (Persero) akan melanjutkan mekanisme pengadaan minyak mentah dan produk minyak melalui ISC 2.0. Ada beberapa keunggulan jika menggunakan ISC 2.0 ini.
Hasto Wibowo, Vice President Crude&Product Trading&Commercial Pertamina, mengatakan jika pada ISC 1.0, lebih banyak melakukan renegosiasi trading agar mendapatkan harga yang efisien, maka pada ISC 2.0 Pertamina membangun sistem. “Sistem ini bergerak tidak hanya dari apakah ada kesesuaian spesifikasi kilang tapi juga economic value serta juga membangun capability orang yang ada di dalamnya” kata Hasto akhir pekan lalu.
Menurut Hasto, saat ini ISC 2.0 sedang melakukan tender, mekanismenya dengan mengundang mitra kerja selama dua tahun ke belakang. Pertamina mengundang sekitar 60-80 peserta tender. Semakin banyak peserta peluang mendapatkan harga kompetitif juga semakin baik.
“Proses screening dilaksanakan dengan tujuan untuk mengawasi dan menyaring mana peserta tender mana yang mumpuni,” katanya.
Transformasi ISC adalah bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan memperkuat transparansi pengadaan minyak mentah dan produk minyak yang selalu menjadi perhatian publik. Pertamina, menurut Wianda, mengundang daftar mitra usaha terseleksi (DMUT) untuk terlibat dalam pengadaan minyak mentah dan produk BBM. Penetapan DMUT juga cukup ketat karena harus memenuhi sejumlah kualifikasi tertentu seperti detail bisnis perusahaan, detail laporan keuangan, detail bank, dan lain-lain.
Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan ISC dapat melakukan sentralisasi pengadaan crude oil dengan efisien. Itu sudah dibuktikan dengan mencapai angka efisiensi US$ 208 juta. “Nah pada ISC 2.0 harus bisa memaksimalkan potensi yang sudah didapatkan dengan membuat sistem yang baik” kata Wianda.
Pertamina menargetkan efisiensi melalui ISC 2.0 bisa mencapai US$100 juta, lebih rendah dibandingkan realisasi efisiensi yang diperoleh melalui ISC 1.0. “Nilainya memang harus menurun karena itu berarti efisiensi berhasil. Semakin maju tahun nilainya akan semakin menurun,” tukas Wianda.
Nilai efisiensi tersebut diharapkan diraih dari beberapa strategic initiatives, meliputi maksimalisasi pembelian minyak mentah domestik, efisiensi dalam kegiatan pengadaan minyak mentah, BBM, dan LPG, pemrosesan minyak mentah di kilang luar negeri, dan sourcing minyak mentah, kondensat, BBM, dan LPG dari beberapa negara dalam kerangka G to G.
Pada 2016, permintaan gasoline diperkirakan mencapai 164,6 juta barel adapun gasoil sebesar 171,1 juta barel dalam setahun. Adapun permintaan LPG diperkirakan bisa mencapai 7,45 juta MT.
Sepanjang 2015 nilai minyak mentah dan produk minyak yang dikelola oleh ISC mencapai US$27,41 miliar, di mana US$14,85 miliar merupakan minyak mentah dan US$12,56 miliar berupa produk. Pada tahun lalu, ISC melakukan transformasi pada fase 1.0 melalui lima program strategis, yaitu memotong perantara dari rantai suplai, peningkatan pemanfaatan dan fleksibilitas dari armada laut Pertamina, pemberian kesempatan yang sama dan adil untuk semua peserta pengadaan, penerapan proses evaluasi penawaran yang transparan dan mengurangi biaya dengan menerapkan pembayaran telegraphic transfer (TT).
βISC juga telah mengurangi porsi pembelian secara spot, terutama untuk produk Premium yang seluruhnya melalui kontrak term, Solar dan LPG masing-masing 96% kontrak term, Avtur 86%. Adapun, untuk minyak mentah volume pengadaan melalui kontrak term meningkat menjadi 70% dari sebelumnya 60%. Pada intinya, apapun upaya yang bisa dilakukan dan sesuai dengan kaidah-kaidah dan best practices yang ada akan kami lakukan untuk mencapai efisiensi berapa sen dolar pun yang bisa diperoleh,β ungkap Wianda.
Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan pencapaian efisiensi Pertamina tidak hanya positif bagi perusahaan, namun juga bagi bangsa dan negara. Ke depan, tantangan Pertamina adalah konsistensi mempertahankan kinerja positif tersebut.
“Tantangan yang dihadapi Pertamina, baik di internal maupun eksternal kan juga tidak mudah,” tandas Komaidi.