Beranda Batubara Kadin Genjot Kerjasama Investasi dengan Kolombia

Kadin Genjot Kerjasama Investasi dengan Kolombia

Jakarta-TAMBANG. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai Kolombia sebagai tujuan investasi yang cukup potensial. Kolombia, negara dengan perekonomian terbesar ketiga di Amerika Latin, mengembangkan penawaran peluang bisnis di sektor agro-industri, manufaktur dan jasa yang dapat memberikan keuntungan baik untuk perusahaan-perusahaan besar, kecil maupun menengah bagi Indonesia.

 

Badan koordinasi penanaman modal kolombia, ProColombia telah mengidentifikasi sejumlah peluang bagi para pengusaha Indonesia yang tengah mencari perluasan operasi mereka di dunia, utamanya di sektor agro-industri seperti kelapa sawit, yang menempatkan Kolombia sebagai pelopor varietas oleat tinggi dan memiliki produksi organik dan berkelanjutan.

 

“Pengusaha Indonesia memiliki kepentingan untuk memperluas bisnis mereka di sektor agribisnis seperti kelapa sawit, karet dan kehutanan, serta barang dan jasa perminyakan juga pertambangan, pelayanan kesehatan dan perhotelan, sejumlah segmen di mana Kolombia unggul dan memiliki peluang untuk berinvestasi, bahkan menjadi platform ekspor untuk Amerika.” Kata Presiden ProColombia María Claudia Lacouture di sela-sela Indonesia-Colombia Investment Summit di Jakarta, Senin (14/9).

 

Menurutnya, sektor lain yang juga menarik adalah barang, jasa perminyakan, karet dan produk-produk turunannya, pengembangan hutan tanaman, biofuel, energi terbarukan, BPO, mode, perangkat lunak dan layanan TI, dan metalworking yang merupakan bagian dari tawaran yang dicari guna menarik bisnis dari Indonesia.

 

Di tempat yang sama, Ketua Kadin Komite Amerika Selatan Jacobus Dwihartanto mengatakan bahwa Kolombia bisa menjadi jembatan untuk masuk ke negara-negara Amerika Latin lainnya seperti Cile, Meksiko dan Peru yang telah beraliansi dalam hubungan dagang. Selain itu, Kolombia juga memiliki Free Trade Agreement (FTA) dengan Amerika Serikat.

 

“Potensi besar untuk pengusaha Indonesia itu utamanya di sektor makanan dan minuman olahan. Penduduk Kolombia saat ini mencapai 49 juta. Tak hanya itu, peluang besar juga ada untuk sektor furnitur dan otomotif, terutama permintaan karet untuk ban yang cukup tinggi” kata Jacobus.
Dia mengatakan, masalah logistik karena jauhnya wilayah antara Indonesia dan Kolombia tidak lagi menjadi hambatan, pasalnya sekarang ini sudah ada penerbangan langsung dari Guangzhou, China yang rutin terjadwal.

 

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Chris Kanter mengatakan bahwa selain adanya peluang investasi di Kolombia, dari sisi perdagangan Amerika Latin merupakan pasar penting yang harus Indonesia masuki.

 

“Kolombia ini merupakan negara dengan pertumbuhannya yang sangat besar dengan jumlah kalangan menengah yang cukup tinggi begitupun dengan Indonesia. Oleh karenanya, selain ada peluang investasi di sana, kita juga mengundang mereka untuk memiliki basis produknya di Indonesia,” tutur Chris.

 

Dubes Kolombia untuk Indonesia, Alfonso Garzon mengatakan, pada waktu yang lalu kerjasama Indonesia dan Kolombia hanya terfokus pada sektor minyak, namun kali ini kerjasama perdagangan dan investasi dapat dilakukan untuk sektor lainnya.

 

“Indonesia bisa melakukan investasi di berbagai sektor. Demikian halnya perusahaan kolombia di Indonesia. Perusahaan kesehatan terbesar berminat melakukan Investasi di Indonesia, begitu juga di sektor energi, sanitasi, infrastruktur dan sektor keuangan,” ungkap Alfonso.
Menurut dia, untuk melakukan investasi di Indonesia pihaknya telah melakukan pendekatan tidak hanya dengan pemerintah pusat tetapi juga dengan pemerintah daerah.

 

Dia pun mengundang para pelaku usaha Indonesia untuk berinvestasi di Kolombia. Alfonso mengatakan bahwa Kolombia memiliki iklim invetasi terbaik di dunia, peringkat pertama di Amerika Latin dan menempati posisi ke 10 di dunia.

 

“Kami menjamin adanya kepastian hukum, kepastian penjaminan dalam hal keuntungan dan fasilitas investasi yang diberikan,” pungkas Alfonso.

 

Selain itu, kata dia, saat ini sedikitnya terdapat 45 perjanjian perdagangan bebas yang telah disepakati, diantaranya dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, Korea dan Jepang. Sementara FTA dengan ASEAN masih dalam proses penjajakan.