Jakarta,TAMBANG,-Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Dunia pertambangan dan energi berduka. Salah satu tokohnya Prof. Dr. Subroto menghembuskan nafas terakhir pada Selasa, (20/12) pada pkl 16.25 Wib. Almarhum meninggal dalam usia 99 tahun.
Pak Broto demikian pria yang identik dengan rambut putih ini biasa disapa merupakan salah satu orang yang sangat penting dalam perjalanan sejarah pertambangan dan energi Indonesia. Ia pernah menduduki jabatan sebagai Menteri Pertambangan dan Energi selama dua periode (1978-1988). Dibawah kepemimpinannya, Ia melakukan perubahan seperti Kementerian yang dahulu bernama Departemen Pertambangan, diubah menjadi Departemen Pertambangan dan Energi sehingga Perusahaan Listrik Negara (PLN) masuk dan menjadi bagian Departemen Pertambangan dan Energi.
Ini juga menelurkan beberapa pemikiran strategis terkait dengan sektor energi mulai dari lahirnya Kebijakan Energi Nasional (KEN), program Listrik Masuk Desa (LMD), pengupayaan sumber energi nonminyak seperti tenaga air, panasbumi dan matahari) sampai gerakan hemat energi. Ini semua yang mendasari Kementerian ESDM memberi penghargaan khusus pada beliau dengan mengabadikan namanya sebagai nama penghargaan di bidang energi, Subroto Award.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini juga tercatat sebagai salah satu tokoh yang ikut merancang blueprint pembangunan perekonomian Indonesia. Ia bersama sejumlah nama besar mulai dari Prof Dr Widjojo Nitisastro, Prof Dr Emil Salim, Prof Dr Moh Sadli, dan Prof Dr Ali Wardhana. Mereka tergabung dalam Tim Ekonomi untuk pembangunan Indonesia di era awal Orde Baru yang pada tahun 1968 melahirkan seri Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).
Di kancah internasional Prof. Dr. Subroto pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yakni pada tahun 1988-1994. Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah pada 19 September ini dikenal sebagai The Wise Minister Subroto from Indonesia. Julukan ini diberikan karena dinilai memiliki kearifan serta visinya yang hati-hati dalam pengelolaan minyak di kalangan negara-negara OPEC. Ia juga disebut piawai berdiplomasi dan mampu meredam silang pendapat antarnegara OPEC.
Almarhum kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) dan lulus sarjana muda pada Maret 1955. Kemudian meraih gelar Master of Arts dari Universitas McGill Montreal, Kanada pada 1956. Lalu kembali ke Indonesia untuk mengambil program doktor ekonomi di UI. Ia meraih gelar doktor ekonomi dari UI pada 1958.