Jakarta – TAMBANG. Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) kembali menggelar The 5th Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) 2017 yang berlangsung di Jakarta Convention Center tanggal 2 – 4 Agustus 2017, dimana ajang ini diharapkan dapat turut serta mendukung upaya pemerintah dalam menghasilkan panas bumi.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan secara resmi membuka konferensi dan pameran (2/8/2017), yang merupakan ajang bagi para pelaku sektor panas bumi untuk mendiskusikan tantangan ekosistem yang terus berubah.
Diharapkan dapat mengulang sukses tahun lalu, dimana IIGCE telah sukses digelar dengan menghadirkan lebih dari 500 peserta convention serta 5.000 visitor yang berkunjung ke pameran baik dari dalam maupun luar negeri.
Tahun ini, tema yang diusung IIGCE adalah “Moving Forward Under Current Challenges, Obstacles and Opportunities Toward Achieving Geothermal Development 2025 Target”.
Jusuf Kalla mengungkapkan, kebutuhan masyarakat akan listrik di masa mendatang semakin meningkat cepat. Namun, sumber energi primer dari fosil seperti halnya akan minyak maupun batu bara sudah tidak bisa diandalkan.
Sumber energi terbarukan (renewable energy) harus dikembangkan untuk mengganti sumber energi dari minyak dan fosil yang dianggap sebagai sumber energi yang kotor dan tidak ramah lingkungan.
Wakil Presiden mengharapkan untuk meningkatkan energi yang lebih bersih dibarengi dengan perkembangan teknologi serta renewable lainnya akan lebih efisien.
Jusuf Kalla menilai Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan energi terbarukan. Mengingat Indonesia memiliki banyak gunung api dan hal ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi panas bumi.
“Kita punya potensi besar dan kita punya kapasitas baik. Tuhan selalu adil, tinggi risiko tapi banyak manfaat. Kita punya banyak gunung api berarti banyak potensi geothermal,” ujarnya dengan menegaskan jika Indonesia harus memanfaatkan secara maksimal energi yang lebih bersih dengan sumber daya alam (SDA) yang ada di Tanah Air.
Tidak bisa dipungkiri bahwa energi fosil masih tetap akan dibutuhkan, hanya porsinya saja yang harus dikurangi agar pencemaran lingkungan tidak semakin luas. Sepertinya halnya akan batu bara yang masih dibutuhkan tetapi khusus tambang.