Jakarta, TAMBANG – Menteri ESDM Ignasius Jonan menegaskan, semua sektor ekstraktif seperti Migas (Minyak dan Gas), Minerba (Mineral dan Batubara) dan sektor lainnya seperti panas bumi untuk menggunakan produksi dalam negeri.
Penegasan ini dikatakan Jonan, dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan devisa nasional serta mendorong penguatan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD).
“Dari waktu ke waktu, kita selalu mendorong penggunaan produksi dalam negeri karena akan menciptakan multiplier effect. Sebisa mungkin menggunakan produksi dalam negeri,” kata Ignasius Jonan, usai membuka resmi konvensi pengembang panas bumi “The 6th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition 2018” di Jakarta, Kamis (6/9).
Hal senada dikatakan Ketua Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) Prijandaru Effendi, menurutnya terkait pelemahan rupiah ini tergantung dari penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam produksi perusahaan. Untuk sektor panas bumi menurutnya, sampai saat ini menggunakan 90 persen TKDN dalam proses eksplorasi. Hanya saja, komponen yang masih impor yaitu green pipe.
“Pabrik masih dalam negeri, infrastruktur dalam negerim hanya green pipe saja yang impor. Karena kebutuhannya cukup besar 30-40 persen. Tapi TKDN untuk panas bumi sangat besar dibanding sektor lainnya,” kata Prijandaru.
Selain itu, sektor panas bumi juga banyak menarik investasi luar negeri. Sehingga panas bumi banyak menarik dollar untuk masuk ke dalam negeri. “Ini memungkinkan untuk memperkuat terus rupiah,” kata Prijandaru.