Jakarta, TAMBANG – PT Ifishdeco Tbk berkolaborasi dengan Harry Susilo Institute for Ethics in the Global Economy. Keduanya menggelar kompetisi untuk menggalang ide menjawab berbagai isu global, khususnya terkait masalah pertambangan nikel di Indonesia.
Kompetisi tersebut menampilkan enam tim finalis perwakilan beberapa negara. Setelah melalui serangkaian babak penyisihan, enam finalis tersebut terpilih dan berangkat ke Indonesia.
Senior Lecturer Boston University perwakilan dari Harry Susilo Institute yang terlibat dalam penjurian kompetisi tersebut, Gregory L. Stoller mengatakan, lebih dari 70 tim dari 16 negara berkompetisi selama satu tahun. Di antaranya adalah Albania, China, Georgia, Jerman, Ghana, Hong Kong, Hungaria, Indonesia, Irlandia, Jepang, Kenya, Lebanon, Meksiko, Portugal, dan Spanyol.
“Para finalis dari Jerman, Jepang, Amerika Serikat, Meksiko, Lebanon, dan Indonesia melakukan perjalanan ke Jakarta untuk menyajikan proposal mereka kepada panel juri yang akan memilih pemenang secara keseluruhan,” ujarnya di Jakarta, dikutip Jumat (31/5)
Pertambangan nikel telah berkembang secara global, terutama di Indonesia, seiring dengan meningkatnya energi terbarukan dan permintaan baterai untuk kendaraan listrik. Namun, pertambangan nikel menimbulkan tantangan lingkungan dan sosial termasuk polusi tanah, air, dan udara serta gangguan terhadap masyarakat setempat.
Secara khusus, Ifishdeco mendorong agar kasus yang dikembangkan mengeksplorasi isu-isu seperti dampak lingkungan, sosial, dan tata kelola serta upaya mitigasi, remediasi, dan rehabilitasi untuk tambang di Indonesia. Kemudias soal opsi daur ulang untuk baterai nikel.
Komisaris Ifishdeco yang menjadi salah satu juri panelis, , Ryan Fong Jaya menjelaskan, tujuan utama kompetisi ini adalah untuk mendengar ide-ide dari para mahasiswa yang dapat diimplementasikan di perusahaan, termasuk Ifishdeco.
Ryan menyatakan bahwa jika ide-ide tersebut dapat diimplementasikan, perusahaan akan berinvestasi dan menerapkan praktik terbaik ESG.
“Ini diharapkan dapat menjadikan Ifishdeco sebagai contoh bagi perusahaan tambang nasional lainnya dalam menerapkan praktik ESG,” terangnya.
Selain itu, kegiatan tersebut juga melibatkan tim dari Institut Teknologi Bandung, yang diharapkan dapat menarik lebih banyak minat mahasiswa pada sektor pertambangan dan membantu mencari solusi di bidang ini.
Sektor pertambangan merupakan salah satu kontributor besar bagi pendapatan negara dan penting untuk jangka panjang pemerintah, terutama dalam hal hilirisasi yang dipromosikan oleh pemerintah Indonesia.
Tujuan Ifishdeco terlibat dalam acara ini, kata Ryan, untuk mempromosikan kesadaran tentang isu-isu di sektor pertambangan, terutama nikel. Sebagai perusahaan yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2019, Ifishdeco kini lebih fokus pada praktik penambangan yang baik, memberikan manfaat kepada masyarakat, dan menjaga lingkungan. Emiten berkode saham IFSH itu, ingin menciptakan industri yang berkelanjutan, seimbang antara profitabilitas dan tanggung jawab sosial serta lingkungan.
“Melalui kompetisi ini, Ifishdeco berharap dapat belajar dari ide-ide mahasiswa yang telah dipelajari di luar negeri dan mencari solusi yang dapat diimplementasikan di Indonesia. Setiap daerah memiliki kebutuhan dan lingkungan yang berbeda, sehingga solusi yang tepat harus disesuaikan dengan kondisi lokal,” imbuhnya.
Sebagai informasi, dari enam finalis, hanya dua tim dengan ide terbaik yang akan dipilih sebagai pemenang. Adapun pemenang pertama dalam kompetisi ini diraih oleh tim asal Lebanon yakni dari American University of Beirut. Sedangkan pemenang kedua dimenangkan oleh tim Jerman dari Baden -Wuerttemberg Cooperative State University (DHBW Loerrach).
“Ifishdeco berencana untuk menerapkan ide-ide terbaik ini sebagai proyek percontohan di perusahaan. Dengan kemitraan dengan universitas, Ifishdeco berharap dapat melakukan lebih banyak penelitian dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengemukakan ide-ide mereka, serta mempromosikan kepedulian terhadap ESG,” tukas Ryan.