Jakarta-TAMBANG. Menteri BUMN, Rini Soemarno akhinya menunjuk Dwi Soetjipto sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero). Dwi menggantikan Karen Agustiawan yang mengundurkan diri pada awal Oktober lalu.
Penunjukkan Dwi diresmikan pada hari ini (28/11) di Kantor Kementerian BUMN. Dwi datang mengenaan kemeja putih bersama beberapa direksi Pertamina yang lain. “Dwi Soetjitpto mulai tanggal 28 November 2014 diangkat menjadi Direktur Utama Pertamina periode 2014-2019,” ujar Rini di kantornya, Jumat (28/11).
Dwi bukan orang baru di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Lelaki kelahiran Surabaya 10 November 1955 ini sudah lama berkiprah di BUMN. Karirnya berawal sejak tahun 1990, ketika diberi jabatan Kepala Personalia di PT Semen Padang (Persero). Ia pun terus menanjak hingga mencapai posisi Direktur Utama perusahaan semen itu pada tahun 2003.
Hanya dua tahun berselang, ia dipindahkan menjadi Direktur Utama di perusahaan yang masih terbilang saudara, yaitu PT Semen Gresik (Persero). Di Semen Gresik inilah ia menorehkan sejarah sebagai pemersatu bisnis semen plat merah.
Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen Tonasa dilebur menjadi satu di bawah bendera PT Semen Indonesia (Persero). Tak puas dengan batasan dalam negeri, BUMN ini pun berkembang menjadi perusahaan multinasional. Vietnam dipilih untuk mengembangkan sayap usaha, dengan akuisisi pabrik semen Thang Long di Hanoi.
Seleksi Dirut Pertamina dilakukan dengan melibatkan dua lembaga, yaitu PT Daya Dimensi Indonesia, dan PPM Assesmen. Ada 16 calon awal yang masuk seleksi. Selain Dwi muncul nama lain yakni CEO General Electric (GE) Indonesia, Handry Satriago.
Setelah resmi menjadi Dirut Pertamina, Dwi memiliki tugas berat. Salah satunya adalah mempersempit ruang gerak para pemburu rente. Selama ini Pertamina ditengarai sebagai sasaran empuk para mafia yang mencari keuntungan pribadi.
Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, siapa pun yang terpilih nanti, harus punya pandangan dan langkah-langkah penanggulangan mafia migas dan akan bekerjasama dengan tim reformasi tata kelola Migas pimpinan Faisal Basri.
Ia memastikan, baik Dirut Pertamina yang baru maupun Tim Reformasi Tata Kelola Migas tidak akan mengejar siapa orang yang menjadi mafia migas. “Soal mafia sejak awal kita tidak mencari orang per orang, melainkan kita membenahi sistem. Sehingga praktik-praktik mafia tidak ada lagi, karena semuanya transparan,” tutupnya.