Beranda Event Izin Ekspor Belum Diperpanjang, Saham Freeport Melemah

Izin Ekspor Belum Diperpanjang, Saham Freeport Melemah

Kantor Freeport McMoRan. Sumber foto: bizjournals.com

JAKARTA, TAMBANG.  HARGA  saham Freeport-McMoran Copper & Gold, perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa New York dengan kode FCX, turun 4% pada hari Kamis setelah berbagai kantor berita menyatakan bahwa Freeport dan Pemerintah Indonesia gagal mencapai kesepakatan perihal izin ekspor. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Bambang Gatot Ariyono menyatakan bahwa izin ekspor Freeport belum diperpanjang, karena Freeport tidak memenuhi syarat yang diminta pemerintah.

 

Bambang Gatot menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu kepastian Freeport memenuhi syarat untuk mendapatkan izin ekspor. Dengan adanya izin itu, Freeport bisa mengapalkan konsentrat tembaga yang ditambang dari pegunungan Grasberg, Papua.

 

Pemerintah meminta Freeport menaruh uang sebesar US$ 530 juta dalam bentuk deposit, sebagai jaminan keseriusan pembangunan smelter. Sebagai gantinya, pemerintah akan memberikan izin ekspor. Hingga Kamis malam, Freeport belum menyerahkan uang jaminan sebagaimana ditetapkan pemerintah. Maka  izin ekspor pun tak diberikan.

 

Harga saham Freeport langsung terpuruk, mencapai terendah dalam 52 pekan terakhir. Harian Wall Street Journal menulis, saham Freeport diperdagangkan antara US$3,52-US$23,97, dalam 52 pekan terakhir.

 

Begitu berita buruk dari perusahaannya di Indonesia tersiar, harga saham Freeport langsung turun 0,91% atau $0,04 per lembar, menjadi $4,37 per lembar. Sekitar 66,81 juta lembar saham diperdagangkan, naik 6,22% dari rata-rata harian. Harga saham Freeport turun 76,88% sejak 23 Juni 2015, dan dalam trend menurun. Kinerjanya di bawah rata-rata harga saham di Standard&Poor 500.

 

Freeport-McMoRan Inc merupakan perusahaan tambang dan pengolah sumber daya alam dan gas. Awalnya, Freeport hanya menangani tambang tembaga, emas, molibdenum, kobalt, perak, dan mineral logam lain. Belakangan Freeport ikut menangani tambang minyak dan gas.

 

Freeport beroperasi di Amerika Utara, Amerika Selatan, Indonesia, hingga pedalaman Afrika. Namun, terpuruknya harga komoditi, ditambah beban utang yang berlimpah, membuat kinerja Freeport pun kini ikut ambruk.