Jakarta, TAMBANG- Indonesia dihadapkan pada peluang dan tantangan mengembalikan kejayaan sektor hulu minyak dan gas bumi (Migas). Pemerintah memiliki banyak pekerjaan rumah (PR).
Hal tersebut dikatakan Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA, Tumbur Parlindungan. Menurutnya, salah satu PR adalah mengembalikan minat dan kegairahan investor migas global untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi di Tanah Air. Pemerintah optimistis akan hal tersebut, lantaran sudah ada komitmen beberapa kontraktor, untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.
Tumbur menjelaskan, cadangan migas nasional terbukti masih relatif besar di kawasan Asia Tenggara, bahkan di Asia. Menurutnya, hanya saja perlu ada tambahan cadangan migas yang diwujudkan dengan eksplorasi.
“Sayangnya dalam 15 tahun terakhir aktivitas eksplorasi cukup minim terjadi di Indonesia. Padahal, negara lain yang cadangan migasnya di bawah Indonesia banyak berbenah untuk menghadirkan investasi hulu migas,” ungkap Tumbur melalui keterangan resmi, Jumat (31/5).
Hal ini patut menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan, mengingat porsi migas dalam kebutuhan energi nasional masih tertinggi bila dibandingkan dengan batu bara, ataupun energi baru terbarukan. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), target bauran energi fosil pada 2025 mencapai 47 persen, sementara pada 2050 sebesar 43,5 persen.
Berdasarkan RUEN, diproyeksi produksi minyak bumi nasional sebesar 567.000 barrel oil per day (BOPD) pada 2025, sementara pada 2050 sebesar 698.000 BOPD. Sementara itu, untuk kebutuhan kilang minyak mentah nasional pada 2025 mencapai 2,19 juta BOPD dan meningkat menjadi 4,61 juta BOPD pada 2050.
Dengan asumsi produksi minyak nasional diserap 100 persen untuk kebutuhan domestik, maka impor minyak mentah nasional pada 2025 berkisar 1,67 juta BOPD dan 3,92 juta BOPD pada 2050. Bicara kondisi terkini terutama terkait cadangan migas, terjadi peningkatan cadangan di gas bumi, sementara penurunan di minyak.
Berdasarkan data SKK Migas, tahun lalu cadangan minyak sebesar 226,62 Million Stock Tank Barrels (MMSTB), atau menyusut sebesar 334,05 MMSTB dibandingkan tahun 2017. Sementara untuk gas bumi, cadangannya sebesar 3.387,81 Billion Standard Cubic Feet (BSCF) pada 2018 atau meroket dari cadangan tahun sebelumnya sebesar 578,47 BSCF.
Upaya mendorong tambahan cadangan ataupun produksi minyak, sepertinya perlu melihat apa yang dikerjakan Malaysia. Mengacu IEA, Malaysia telah berhasil menjaga tren produksi minyaknya berkisar 700.000 BOPD selama periode 2000 -2018.