Jakarta, TAMBANG – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan sejumlah strategi untuk menyediakan pasokan listrik. Hal ini dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan industri pengolahan dan pemurnian (smelter) di tahun 2022.
Dengan demikian, Menteri ESDM Arifin Tasrif berharap industri smelter di Indonesia semakin kompetitif.
“Kita harus bisa memenuhi kebutuhan listrik untuk industri smelter pada tahun 2024 sebesar 4.798 Mega Watt,” ungkap Arifin di DPR RI, Senin (27/1).
Lebih lanjut Arifin mengungkapkan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Kementerian ESDM memiliki tiga kebijakan strategis, yakni pemenuhan listrik oleh Perusahaan Listrik Negara, pemenuhan listrik oleh pengembang smelter serta kolaborasi antara pengembang smelter dengan non-PLN.
Arifin menyatakan pemerintah konsisten dalam membangun nilai tambah mineral melalui pembangunan industri smelter dalam negeri. Hal ini dibuktikan, dalam jangka waktu lima tahun, terdapat 52 industri smelter yang akan terbangun, yakni empat smelter tembaga, besi, timbal dan seng, 29 smelter nikel, sembilan smelter bauksit dan dua smelter mangan.
Dari 52 industri smelter yang terbangun, proyeksi kebutuhan listrik sebesar 4.798 MW tersebar di beberapa wilayah, antara lain Bengkulu (5 MW), Banten (68,5 MW), Jawa Barat (39 MW), Jawa Timur (821,9 MW), Nusa Tenggara Barat (300 MW), Nusa Tenggara Timur (20 MW), Kepulauan Riau (45 MW), Kalimantan Barat (499 MW), Kalimantan Selatan (10 MW), Sulawesi Tengah (959 MW), Sulawesi Tenggara (1.053 MW), Maluku dan Maluku Utara (941 MW).
Konsumsi Listrik
Arifin mengungkapkan memiliki target memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas melalui peningkatan konsumsi listrik per kapita.
“Ini program prioritas nasional pertama dari Kementerian ESDM,” ungkap Arifin.
Arifin mengakui, konsumsi listrik per kapita di Indonesia yang masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). Untuk itu, Pemerintah menargetkan pada 2024 konsumsi listrik per kapita Indonesia akan menjadi 1.408 kilowatt hour (kWh).
“Peningkatan konsumsi listrik (menjadi) 1.408 per kWh per kapita dibandingkan negara-negara ASEAN yang dikatakan maju, kita agak tertinggal. Untuk itu, perlu dilakukan program-program keseimbangan listrik daerah daerah jauh, timur khususnya,” jelasnya.
Berdasarkan data yang ada, capaian konsumsi listrik pada 2019 baru mencapai 1.084 kWh per kapita dari target 1.200 kWh per kapita. Sementara itu, target konsumsi listrik pada 2020 sebesar 1.142 kWh per kapita.
Target itu terus mengalami peningkatan menjadi 1.203 kWh per kapita pada 2021, 1.208 kWh per kapita pada 2022, 1.268 kWh per kapita pada 2022, 1.336 kWh per kapita pada 2023, dan akhirnya menjadi 1.408 kWh per kapita pada 2024.
Adapun, target rasio elektrifikasi pada 2024 adalah sebesar 100 persen. Kapasitas pembangkit juga terus bertambah hingga 5,7 gigawatt (GW) pada 2024.