Jakarta,TAMBANG,- Perusahaan tambang nikel PT Vale Indonesia,Tbk berencana membangun dua smelter nikel. Ini wujud komitmen perusahaan yang sejak awal beroperasi mengintegrasikan kegiatan penambangan dengan kegiatan pengolahan dan pemurnian nikel. Saat ini perusahaan telah mengoperasikan smelter di Sorowako yang menghasilkan nikel matte.
Selanjutanya perusahaan berencana membangun dua smelter lagi yakni di Bahodopi di Sulawesi Tengah dan Pomalaa di Sulawesi Tenggara. Smelter di Bahodopi menggunakan teknologi RKEF untuk menghasilkan produk feronikel. Kapasitas produksi yang ditargetkan sebesar 73 ribu ton feronikel. Total investasi yang disiapkan perkirakan sebesar USD1,5 miliar.
Direktur Utama PT Vale Indonesia Febriany Eddy menjelaskan saat ini pihaknya tengah menyelesaikan semua kegiatan dan kajian untuk proyek Bahodopi. “Untuk proyek Bahodopi, kita sedang menyelesaikan semua kegiatan dan kajian yang dibutuhkan baik teknis maupun non teknis termasuk perizinan. Waktu untuk persiapan ini enam bulan dari penandatanganan kerja sama di Juni kemarin sehingga diperkirakan sampai akhir tahun,”terang Febriany.
Setelah itu nantinya baru ada keputusan final yang hasilnya bisa positif maupun negatif. Namun menuru Febriany sejauh ini kemajuannya bagus. “Jika semuanya lancar tahun depan sudah bisa masuk ke tahap konstruksi,”terang Febriani.
Sebagaimana diketahui pada Juni silam, PT Vale Indonesia sudah ditandatangani kesepakatan kunci terkait hal-hal fundamental dengan dua mitra asal Cina. Perjanjian tersebut mengcover semua aspek dan sekarang semua aspek tersebut harus dirinci menjadi 9 perjanjian lagi.
“Tetapi sekarang semua proses itu sudah berjalan, perizinan lebih lanjut berjalan dan juga pembicaraan dengan perbankan terkait pembiayaan juga sambil jalan. Akhir tahun ini harusnya selesai untuk mendetailkannya,”terang Febriany.
Selain itu PT Vale Indonesia juga akan membangun pabrik pemurnian nikel menjadi produk bahan baku baterai untuk kendaraan listrik. Pabrik ini nantinya akan dibangun di Pomalaa. Terkait dengan pabrik ini, Vale menganggarkan investasi sebesar USD2,6 miliar untuk memproduksi 40 ribu ton MSP. Nilai investasi ini masih akan berubah tergantung hasil kajian lanjutan.
Untuk proyek di Pomalaa ini, Vale bermitra dengan Sumitomo asal Jepang. Sumitomo sendiri sudah punya pengalaman membangun pabrik pemurnian nikel dengan teknologi HPAL ini di Filipina. “Untuk Pomalaa proses perizinannya lebih kompleks diantaranya karena pabrik jenis ini belum biasa di Indonesia. Sekarang sudah ada satu pabrik HPAL yang beroperasi sehingga sudah ada contohnya. Kami juga banyak dibantu oleh Kementerian terkait dan Kemenko Maritim dan Investasi,”terang Febriani.
Saat ini selain proses perizinan juga secara paralel dilakukan dengan perbankan untuk pembiayaan proyek.
“Kalau sesuai rencana kami optimis akhir tahun atau awal tahun depan bisa masuk ke tahapan berikut. Sehingga pada tahun 2023 sudah bisa dilakukan beberapa pekerjaan awal sehingga tidak terlalu lama delay,”tandas Febriany.
PT Vale Indonesia juga berkomitmen mendukung upaya mengurangi emisi salah satunya terkait penggunaan energi. Untuk dua smelter yang akan dibangun, Vale berkomitmen untuk menggunakan energi yang emisi karbonya rendah. Sejauh ini yang jadi pilihan adalah gas.