Beranda Tambang Today Ini Manfaat Divestasi Saham Freeport Menurut Ahli Geologi

Ini Manfaat Divestasi Saham Freeport Menurut Ahli Geologi

Jakarta – TAMBANG. Divestasi saham PT Freeport Indonesia  masih berjalan. Terkait langkah Pemerintah ini, ada beragam pendapat baik yang sepakat maupun yang tidak. Tetapi hal yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana langkah kepemilikan saham oleh Pemerintah lewat PT Indonesia Asahan Aluminium ini akan memberikan manfaat yang lebih optimal.

 

Terkait dengan hal itu Iwan Munajat dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menyampaikan beberapa point pemikirannya. Setidaknya menurut Iwan ke depan tambang  milik PT Freeport Indonesia ini bisa menjadi batu loncatan untuk mengembangkan pertambangan bawah tanah. “Tambang bawah tanah adalah masa depan pertambangan Indonesia,” demikian kata Iwan.
Iwan hadir sebagai salah satu pembicara dalam diskusi “Kebijakan Divestasi Freeport untuk Kesejahteraan Mimika di Jakarta, Selasa (25/9).

 

Iwan menjelaskan bahwa tambang Freeport bisa menjadi percontohan tambang bawah tanah yang bisa dikembangkan di tempat lain. Saat ini ada beberapa tambang yang juga sedang mengembangkan tambang bawah tanah seperti di Poboya, Palu kemudian di Tumpang Pitu, Banyuwangi dan tambang emas di Sumbawa milik Vale. “Kita bisa jadikan Freeport sebagai pusat training untuk mendidik putra bangsa Indonesia. Sehingga nantinya mereka bisa bekerja di tambang yang lain,”kata Iwan.

Manfaat lainnya adalah transfer teknologi. Ini dimungkikan jika Indonesia lewat PT Inalum menjadi pemegang saham mayoritas di Freeport. “Dengan kepemilikan saham  hingga 51%, pengembangan hal itu akan mudah untuk dilakukan. Sejauh ini, transfer teknologi pun sudah berjalan. “Ke depan konduktor operasional Freeport sudah dilakukan orang Indonesia,” ujar Iwan.

 

Hal yang harus disiapkan menurut pria yang hampir 17 tahun melakukan eksplorasi di daera Papua adalah bagaimana menarik para “konduktor” yang sebagian besar ada di Phoenix, Amerika Serikat itu ke Indonesia. “Selama ini strategic planning untuk tambang Freeport dilakukan di  Phoenix, Amerika Serikat. Ke depan bagaimana kita membawanya ke Jakarta dan Papua,” ungkap Iwan.

 

Sebab dalam pertambangan itu bukan sekedar teknologi membuat terowongan saja, namun bagaimana menjalankan majemennya. “Sejauh ini, sebagian besar operasional tambang di Papua adalah hal kritikal dipegang oleh orang indonesia,” ungkapnya.

Pengembangan itulah yang menjadi tantangan yang harus dipenuhi Indonesia. “Jadi kalau lokomotifnya tambang, maka gerbong harus kita buat,” pungkas Iwan.

 

Iwan juga menilai PT Freeport Indonesia dan Timika bisa menjadi serta pengembangan pertambangan di Papua. Iwan yang juga seorang geologist mengatakan potensi pertambangan di Papua sangat besar. Di emas Papua masuk dalam gold papua belt yang terbentang dari Papua New Guinea sampai Manokwari. “Saat ini di Papua New Guniea sudah ada 17 tambang yang beroperasi. Sementara di Papua yang beroperasi baru satu. Ke depan bukan tidak mungkin akan ada tambang-tambang baru,”terang Iwan.
Sementara Pater Neles Tebay, Akademisi di STFT Fajar Timur meminta agar masyarakat Papua khusus pemegang hal ulayat untuk terlibat sebagai konduktor. “Ke depan kami harapkan keterlibatan masyarakat pemegang ulayat dalam setiap proses pertambangan. Untuk itu perlu kejelasan target, jika sekarang belum mampu maka dipersiapkan dengan tata waktu yang jelas. Sehingga pada akhirnya ada orang dari pemegang ulayat ini yang turut berperan dalam kegiatan operasional tambang PT Freeport Indonesia,”tandas Pater Neles.