Jakarta-TAMBANG. Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPBG) mendesak pemerintah untuk memerhatikan pembangunan infrastruktur terutama dalam sektor gas bumi. Hal itu dibutuhkan agar bisa mendorong pertumbuhan industri manufaktur nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua FIPBG Achmad Safiun mengatakan, pada 22 Desember 2014 pihaknya sudah berkirim surat ke Presiden tentang adanya kebutuhan kebijakan pemerintah agar energi umumnya dan gas bumi khususnya diperlakukan sebagai penggerak pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional, bukan sebagai komoditi pemungut revenue negara.
Kata Safiun, pada 2014 kondisi industri manufaktur mengalami pelemahan karena pada awal tabun ada kenaikan upah minimum provinsi (UMP) sebesar 11% ditambah lagi awal tahun ini UMP naik lagi 12,7%. Lebih lanjut Achmad menjelaskan, alasan lain yang melatarbelakangi pelemahan kondisi industri manufaktur tersebut yaitu naiknya tarif dasar listrik (TDL) untuk I-3 naik 38,9% dan I-4 naik 64,7%.
“Nilai tukar rupiah turun 40 persen terhadap dolar (1 US$ = Rp12.600) sehingga mengakibatkan harga bahan baku industri naik 40 persen padahal bahan baku itu merupakan komponen 40-50 persen dari struktur biaya produksi industri manufaktur. Harga gas bumi di Jawa bagian barat sebesar US$ 9,29 per MMBTU sedangkan harga gas bumi hasil regasifikasi atau kompresi harganya US$ 16,5 sampai US$ 18 per MMBTU,” paparnya.
Menurutnya, untuk menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun, kondisi industri manufaktur Indonesia harus setara dengan kondisi industri manufaktur dengan negara ASEAN lainnya. Saat ini industri manufaktur Malaysia dipasok dengan gas bumi dengan harga USS$ 3,69 per MMBTU, pembangkit listrik di Malaysia dipasok dengan gas bumi dengan harga US$ 3,99 per MMBTU, sedangkan industri manufaktur Singapura dipasok dengan gas bumi dengan harga US$ 3,94 per MMBTU.
Atas fakta-fakta tersebut, FIPBG meminta agar pemerintah dapat menurunkan harga gas bumi di dalam negeri guna mendorong pertumbuhan industri manufaktur nasional.
Ia berharap Pemerintah dapat menurunkan harga, dengan cara memberikan subsidi tetap gas bumi di sektor industri manufaktur, sehingga dapat meningkatkan kontribusinya terhadap PDB nasional yang relatif jauh lebih besar kalau dibandingkan memungut revenue dari komoditi gas bumi.
“Cara lainnya adalah dengan membuat semua harga dan pembayaran di dalam negeri menggunakan rupiah, dan ketiga adalah membangun infrastruktur pipa gas agar distribusinya merata,” tutur Safiun.