Jakarta-TAMBANG. Bisnis industri hilir kelapa sawit pada 2014 lalu tidak terlalu menggembirakan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Gabungan Industri Minyak Nabati (GIMNI), ekspor hilir kelapa sawit di tahun ini naik tipis 0,5% dari tahun lalu.
Ketua GIMNI mengatakan, Sahat Sinaga di 2014 volume ekspor sawit sebesar 23,6 juta ton dengan komposisi ekspor berupa CPO sebanyak 9,9 juta ton atau porsinya mencapai 43%. Sementara dalam bentuk PPO porsinya sebesar 58% dengan volumenya 13,7 juta ton.
“Sebanyak 61% dengan nilai 13,9 juta ton merupakan ekspor PPO,” ujar Sahat, pekan lalu (7/2). Sahat melanjutkan, harga dan regulasi membuat eksportir lebih menyukai ekspor sawit kualitas CPO ketimbang PPO.
Keadaan tersebut akan berlangsung setidaknya sampai dengan kuartal I 2015 ini. Sampai Januari 2015, Harga Patokan Ekspor (HPE) CPO sebesar US$ 625 per ton, harga CPO yang rendah ini diperkirakan akan terus berlangsung sampai dengan Maret 2015.
Tak hanya itu, tahun ini volume ekspor hilir kepala sawit ke Eropa diprediksi bakal ada kenaikan. Hal ini berkaca pada ekspor ke Eropa tahun 2014 sebesar 4,13 juta ton atau naik 3% dari 4 juta ton pada tahun 2013.
Togar Sitanggang, Ketua Asosiasi Perusahaan Oleokimia (APOLI) menambahkan saat ini sudah ada sejumlah negara tujuan baru sebagai market ekspor Indonesia. Misalnya, pasar Amerika Serikat (AS), Timur Tengah dan Pakistan. Namun sebenarnya pelaku usaha lebih gembira jika penyerapan justru berada di dalam negeri.
“Ekspor turun sebenarnya tidak masalah. Kalau penyerapan dalam negeri yakni biodisel memang meningkat. Meski begitu pasar ekspor juga bukan berati hilang. Sebab ada negara tujuan baru, ” imbuh Togar.
Sahat melanjutkan, asosiasi tengah berupaya agar penyerapan dalam negeri meningkat, terutama untuk mengembangkan industri biodiesel dan minyak nabati lainnya. Tahun ini, Sahat memproyeksikan, produksi biodiesel mencapai 2,2 juta ton naik dari tahun lalu yang hanya 1,5 juta ton.
“Masih terbuka peluang memproduksi biodiesel mencapai 3 juta ton jika pemerintah serius menerapkan mandatori biodiesel ini,” tandas Sahat.
Dari target ekspor produk PPO sebesar 13,8 juta ton ini, persentase ekspor produk untuk kebutuhan hilirisasi produk makanan sebesar 11,04 juta ton atau naik dari tahun 2014 yang hanya sekitar 10,82 juta ton.
Porsi lainnya, produk PPO akan diserap oleh industri oleokimia sebanyak 1,3 juta ton atau naik dari angka 1,2 juta ton di tahun 2014 dan industri biodiesel 1,4 juta ton turun dari 1,6 juta ton dari volume ekspor tahun lalu.