Jakarta – TAMBANG. Pasar batubara baru Pakistan dan Bangladesh masih belum diprioritaskan oleh PT Indika Energy Tbk (INDY). Saat ini pasar tersebut baru dalam tahap penjajakan saja.
Untuk masuk ke pasar Pakistan dan Bangladesh, perseroan mengaku telah kalah sebelum perang. “Afrika dan Australia mempunyai keunggulan di bidang logistik,” ujar Azis Armand, Direktur PT Indika di sela-sela RUPST Indika di Jakarta kamis (28/4).
Persaingan logistik dianggap kurang menguntungkan bagi Indika dari negara Afrika maupun Australia. Dengan keuntungan logistik dari negara lain tersebut, harga batubara mereka pun menjadi lebih murah dari Indonesia.
Direktur Utama Indika, M Arsjad Rasjid P.M menuturkan, kualifikasi permintaan dari Pakistan dan Bangladesh ini berbeda dari Cina, tujuan utama ekspor perseroan. Arsjad mengatakan, salah satu hal yang mengganjal adalah mengenai kalori batubara yang dihasilkan oleh perseroan, namun ia tidak merinci secara pasti apakah faktor yang paling memberatkan.
“Pakistan dan Bangladesh baru penjajakan saja, permintaannya agak sedikit berbeda dan produsen dari Afrika selatan dan Australia juga mempunyai keunggulan dari sisi transportasi,” tukasnya.
Produksi batubara anak usaha perseroan (Kideco Jaya Agung) tahun 2015 sebesar 39 juta ton per tahun, dengan komposisi penjualan dalam negeri 25% dan ekspor 75%. Dalam laporan keuangan tahun 2015, ekspor terbesar adalah ke Cina 22,1%, India 15,6%, Malaysia 6,8%, Filipina 6,4%, Hongkong 4,4%, Jepang 4,2%, Taiwan 3,1%, Thailand 3,1%, Singapura 0,6% dan lain-lain 3,8%.
“Untuk bisnis trading, lebih dari 80% ke pasar Cina,” ujar Arsjad.