TAMBANG, NEW DELHI. INDIA akan mengekspor 2-3 juta ton batu bara ke Bangladesh, karena produksi dalam negeri terus meningkat. Tahun anggaran 2015-2016 ini produksi BUMN Coal India Ltd naik 8,5% menjadi 536 juta ton, sehingga impor berkurang 34 juta ton.
Pada akhir Maret, stok batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik cukup untuk 27 hari, naik ketimbang tahun lalu yang hanya 18 hari.
‘’Saat ini kami berbicara sangat serius dengan Bangladesh, yang selama ini mengimpor batu bara dari Indonesia. Ekspor batu bara akan mengurangi defisit perdagangan kami,’’ kata Sekretaris Perusahaan Coal India, Anil Swarup, sebagaimana dikutip livemint.com, hari ini.
Rincian mengenai rencana ekspor itu masih belum final. Tapi diperkirakan untuk tahap awal, sebanyak 2-3 juta ton.
Coal India merencanakan jumlah produksi bertambah menjadi 1 miliar ton, pada 2019-2020. Untuk menyerap produksi itu, negara tetangga, termasuk Bangladesh, dijajaki.
Meski mengalami surplus batu bara, India masih tergantung pada luar negeri untuk sumber energi lain, yaitu minyak mentah dan gas alam. Saat ini India punya program untuk mengurangi 10% ketergantungan terhadap luar negeri menjadi 67% pada 2022, dengan menambah produksi minyak dan gas. Cara yang ditempuh adalah dengan melonggarkan peraturan, serta mengubah konsumsi bahan bakar dari energi fosil ke energi terbarukan, serta nuklir. Pada 2015-2016, India mengimpor minyak mentah 170 juta ton, dengan total biaya $82,6 miliar.
Meski demikian, India juga dikenal sebagai pengekspor produk energi olahan, seperti avtur, minyak tanah, premium, dan solar. Selain itu, India juga mengekspor listrik ke Bangladesh.
Meski konsumsi batu bara untuk lokal keperluan pembangkit listrik terus tumbuh, bahkan hampir mencapai 10% setahun, produksinya tumbuh lebih cepat.
Selain itu, Pemerintah India meluncurkan kebijakan bernama Ujwal Discom Assurance Yojana (UDAY). Aturan ini mengizinkan pemerintah untuk mengambil alih seperempat utang perusahaan pembangkit. Berkurangnya utang membuat bisnis pembangkit listrik, serta penyalurannya, menjadi cerah kembali.
Konsumsi batu bara produksi Coal India pun kembali marak. Saat ini, Kementerian Batu Bara tengah menyiapkan aturan yang mengizinkan masuknya sektor swasta ke pertambangan komersial. Aturan ini akan mengizinkan produsen untuk memperdagangkan hasil tambangnya, serta berkompetisi dengan BUMN Coal India.
‘’Perusahaan tambang asing dan swasta dapat menerapkan teknik serta teknologi pertambangan terbaik, demi memperbaiki produktivitas dan efisiensi,’’ demikian laporan yang disampaikan dalam sebuah riset berjudul Energizing India. Laporan itu disiapkan oleh ahli dan ekonom dari Royal Dutch Shell Plc serta lembaga dari New Delhi, Dewan Energi, Lingkungan, dan Air, serta Institut Energi dan Sumber Daya.
Tak mudah bagi India untuk menjadi eksportir batu bara. Menurut Kameswara Rao, pemimpin riset energi dan pertambangan Pricewaterhouse Coopers di India. ‘’India disulitkan oleh batu bara yang kualitasnya rendah. Biaya angkutnya juga mahal. Bagi India, jauh lebih nyaman menjual listrik daripada menjual batu bara,’’ katanya.