Jakarta , TAMBANG – PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) akan memakai dana pinjaman dari bank luar negeri, untuk membiayai divestasi saham Freeport sebesar 51 persen.
Direktur Utama (Dirut) Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pendapatan perusahaan akan sanggup untuk membayar pinjaman sebesar USD3,85 miliar atau Rp55 triliun. Sebab menurutnya, perbankan tentu sudah mengetahui kemampuan Inalum termasuk ebitda.
Secara konservatif menurut Budi, pinjaman dengan besar tiga kali ebitda, masih mungkin dilakukan. Karenanya dengan injaman yang hanya USD3,85 miliar. Maka itu dibawah Ebitda Freeport setahun sebesar USD4 miliar.
“Ebitda Freeport sebesar USD4 miliar. Kalau di bank biasanya tiga kali ebitda, itu yang konservatif,” kata Budi Gunadi kepada wartawan di gedung DPR RI, Senin malam (23/7).
Dengan pola tersebut, tentunya tidak akan menggu keuangan internal perusahaan untuk membiayai divestasi tersebut. Saat ini disebutkan, Inalum memiliki dana sebesar Rp20 triliun.
Budi juga mengatakan, keputusan mengambil pinjaman dari luar negeri ini lantaran pembayaran divestasi memakai mata uang USD. Jika memakai bank BUMN maka harus memakai neraca pembayaran. Totalnya, sampai saat ini sudah dilakukan pembicaraan dengan 11 bank luar negeri untuk biaya divestasi ini.