Jakarta, TAMBANG – PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) akan meminta PT Aneka Tambang (Antam), untuk segera membangun fasilitas pabrik pengolahan nikel berteknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) hingga tahun 2022 nanti.
Direktur Utama (Dirut) PT Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini sudah direncanakan pembangunan HPAL. “Minta Antam untuk bangun HPAL, itu tidak besar, kalau bangun satu pabrik HPAL ya bisa 20-30 ribu ton (produksi nikel),” kata Budi Gunadi Sadikin.
Budi menceritakan, dengan siapa akan bermitra dalam pembangunan nanti belum ditentukan saat ini. Sebab menurutnya, pembangunan HPAL ini di berbagai belahan dunia juga banyak yang mengalami kegagalan. British Petroleum (BP) juga menurutnya gagal dalam membangun HPAL. “Tsingshan juga tidak ahli dalam HPAL ini,” tukas Budi.
Hanya ada beberapa yang berhasil dalam pembangunan HPAL, yaitu Sumitomo Technology (Jepang), Ramu di Papua New Guinea (PNG). “Juga ada salah satu di Turki yang berhasil. Saya harapannya, Juni 2019 ini sudah ada agreement, bagaimana nanti grup Inalum yang masuk,” kata Budi.
Budi juga menjelaskan, saat ini wilayah eksplorasi nikel paling besar di Indonesia dilkuasai oleh Vale di Sorowako dan Antam yang dikembangkan anak usaha PT Gag Nikel di Papua Barat. “Sumbernya Antam dan Vale itu 75 persen besar produksinya di Indonesia,” tutur Budi.
Sementara itu, Antam sepertinya akan lebih memilih bekerja sama dengan Sumitomo dan Mitsubishi untuk membangun pabrik tekonologi HPAL di Konawe Utara, Kolaka dan Halmahera Timur. Antam sendiri sudah pernah berkunjung ke dua lokasi tersebut.
“Sumitomo salah satu yang memiliki teknologi HPAL dan sudah secara komersial produksi,” kata Direktur utama PT Antam, Arie Prabowo Ariotedjo.