Beranda Korporasi Inalum Kurangi Ketergantungan Impor Bahan Baku

Inalum Kurangi Ketergantungan Impor Bahan Baku

Jakarta, TAMBANG – PT Indonesia Asahan Alumunium melakukan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor. Ikhtiar tersebut ditempuh dengan meneken kerjasama dengan PT Aneka Tambang (Antam) dan produsen alumunium kenamaan asal Tiongkok, Aluminum Corporation of China Ltd (Chalco).

 

Melalui PT Borneo Alumina Indonesia, ketiga perusahaan tersebut akan bekerja sama membangun smelter di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, untuk memproses bauksit menjadi alumina, yang merupakan bahan baku utama untuk membuat aluminium ingot.

 

Inalum sendiri merupakan produsen aluminium ingot satu-satunya di Indonesia. Dari kerjasama itu, Inalum akan menyerap sebagian besar bahan baku alumina dari smelter di Mempawah.

 

“Inalum akan melepaskan ketergantungan pasokan dari luar negeri dan mengurangi devisa impor sekitar USD600 juta. Dan tak kalah penting, proyek ini akan memberikan nilai tambah bauksit yang selama ini diekspor dalam bentuk ore dan membangun industri aluminium terintegrasi yang berkelanjutan.” kata Direktur Pelaksana Inalum Oggy A. Kosasih, Jumat (12/10).

 

Ia juga menegaskan, sejauh ini kapasitas produksi Inalum mencapai 250 ribu metrik ton aluminium ingot per tahun. Dari sisi bahan baku, kapasitas tersebut membutuhkan pasokan alumina sekitar 500 ribu metrik ton.

 

“Saat ini kebutuhan tersebut masih dipasok dari luar negeri,” sambung Oggy.

 

Kerjasama ketiga perusahaan itu tertuang dalam penandatanganan kesepakatan pada agenda Indonesia Investing Forum 2018, IMF-World Bank Annual Meetings 2018 di Nusa Dua, Bali.

 

Penandatangan kerjasama proyek bernama Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) itu dilakukan oleh Oggy A. Kosasih dengan Presiden Direktur Chalco Hongkong, Li Wangxing.

 

Konstruksi proyek SGAR akan dilakukan dalam dua tahap dengan total kapasitas produksi dua juta metrik ton alumina. Peletakan batu pertama untuk pabrik pemurnian tahap satu dengan kapasitas satu juta metrik ton, rencananya akan berlangsung pada kuartal IV tahun ini. Dan ditargetkan dapat mulai produksi pada tahun 2021 mendatang.

 

Untuk diketahui, nilai investasi pembangunan pabrik tahap satu itu diperkirakan mencapai USD850 juta.

 

Sebagai catatan, Chalco merupakan produsen alumina terbesar pertama di Tiongkok, dan menduduki urutan terbesar kedua di dunia. Ia dinilai mempunyai pengalaman teruji dalam menjalankan industri aluminium terintegrasi dari bauksit hingga ke produk hilir aluminium.

 

Selain itu, Chalco juga memiliki teknologi yang dianggap efisien dan mampu menekan biaya operasional yang rendah. Serta berpengalaman dalam mengoperasikan pabrik SGAR.